Pemutaran film Mesatya Telusur Puputan Badung pada helatan Semakin Dekat Film Festival di Taman Kota Denpasar Sabtu (21/10)

Dibuka dengan workshop cyanotype yang mengajak pengunjung merasakan otentiknya seni cetak fotografi tertua di dunia. Makin Dekat Film Festival hadir dengan konsep segar yang membuka wawasan pengunjung tentang ekosistem perfilman melalui berbagai pendekatan mulai dari screening, mengupas cara membuat mini vlog hingga talk show crypto dan blockchain. Bertempat di Taman Kota Denpasar, kegiatan ini turut mengambil bagian dari ruang kreatifitas yang disediakan D’Youth Festival 2023. 

Workshop mini vlog oleh Ayu Tia Staff Tim Kreatif Dharma Negara Alaya berlangsung interaktif.

Besarnya potensi sumber daya saat ini mendukung tumbuhnya industri kreatif, salah satu yang paling potensial adalah industri perfilman. Putu Lengkong Yuliarta Ketua Pelaksana Harian Bkraft Kota Denpasar menyebut, Makin Dekat Film Festival dicanangkan dapat mendekatkan semua aspek industri kreatif dimana film sebagai konektor antar aspek seperti komunitas dan subsektor kreatif lainnya. Ia menyebut di tahun pertamanya Makin Dekat Film Festival mengangkat dua karya seni audiovisual dengan nafas serupa yaitu Bali 1928 dan Mesatya Telusur Puputan Badung yang mengusung tema Bali masa lampau sebagai tayangan utama. 

Sesi diskusi pemutaran Film Mesatya Telusur Puputan Badung

Film Mesatya merupakan sebuah rekonstruksi peristiwa sejarah yang dikemas dalam alur penceritaan yang tidak biasa, mengambil sudut pandang proses seorang fotografer dalam mengabadikan peristiwa-peristiwa masa lampau. Duet Gung Ama dan Rai Pendet memantik antusias masyarakat pada screening film Mesatya Telusur Puputan Badung. Dengan berseri Gung Ama menarik ingatannya kembali sebelum film ini akhirnya tercipta. “Saya sebelumnya sedang menekuni alternatif fotografi. Saya mengambil Bali era 1930, saya ingin mempelajari kesejarahan Bali, belajar tentang nilai.” 

Selain itu, Semakin Dekat Film Festival berupaya menyentuh masyarakat dengan banyak pendekatan yang dikomunikasikan melalui film. Tidak hanya mengusung film dengan nuansa Bali masa lampau, Makin Dekat Film Festival juga menyajikan realitas masyarakat saat ini, realitas tersebut digambarkan melalui tayangan Movie on Blockchain. “Jadi dalam makin dekat ini ada musik, kemudian kayak sekarang ini ada blockchain karena memang ada Movie on Blockchain. Ada filmnya, bagaimana blockchain sudah merambah film “Hadir dengan berbagai isu yang digemakan melalui seni audiovisual. Makin Dekat Film Festival mengkolaborasikan banyak aspek dalam helatanya kali ini. Mulai dari sejarah hingga realitas modernisasi dikemas menjadi sebuah rangkaian kegiatan yang menarik dan kaya.

“Disinilah sisi industri kreatif itu berbicara bahwa bali masa lampau, culture apapun ketika dia dikemas dengan teknologi pendekatan masa kini itu menjadi hal yang menarik.” tandas Putu lengkong.