Malam minggu Kota Denpasar dimeriahkan dengan puncak kegiatan D’Youth Fest 3.0. Sejak siang tadi, berbagai kegiatan komunitas dan kelompok dilaksanakan, salah satunya oleh Indonesian Strong Puller’s Federation (ISPF) Bali yang diketuai oleh Tomi Suryawardani. Turnamen adu kekuatan tangan atau yang dikenal dengan panco menjadi sorotan di mini stage Lapangan Lumintang Denpasar. Tidak ada penghalang yang berarti baik bagi peserta maupun penyelenggara turnamen ini, termasuk terik matahari yang menyengat. Mereka menganggap seakan panas yang menyentuh tubuh adalah aliran penyemangat untuk bisa menjadi pemenang turnamen panco.
Siang ini, puluhan peserta telah siap dengan kekuatan masing-masing. Perawakan yang kekar dengan guratan nadi yang timbul membuat kepercayaan diri peserta semakin bertambah. Sebelum resmi bertanding, peserta sudah terbagi menjadi beberapa kategori, yakni kelas 65 kilogram, 75 kilogram, 85 kilogram, dan lebih dari 85 kilogram. Mereka yang mendaftar pertandingan panco tidak hanya berasal dari anggota komunitas Bali, melainkan tersebar di beberapa wilayah Indonesia seperti Kalimantan, Surabaya, dan Sidoarjo.
Adu kekuatan ini juga menarik minat pelancong barat untuk ikut bermain. Meski tidak terdaftar sebagai peserta, bule ini bisa mengikuti sesi latihan bersama pemain lainnya. Pertandingan sengit ini tidak sampai memicu amarah dari peserta justru mereka saling menunjukkan senyuman hangat dan merangkul satu sama lain.
Selain itu, I Wayan Satya Karuna ketua ISPF Denpasar juga turut andil dalam kompetisi ini sebagai peserta kategori 85 kilogram. Baginya, keberadaan panco saat ini masih kurang terlihat di kalangan masyarakat sehingga perlu diperlihatkan lagi.
“Saya ingin menampilkan jika panco itu ada karena kurang terekspos padahal sudah ada dari tahun 2017,” ungkap Satya saat diwawancarai pada (21/10).
Semangat Satya dan rekan-rekannya dalam mengenalkan panco serasa didukung oleh alam setelah mendapatkan kesempatan untuk menguasai panggung mini stage pertama kali di hari puncak D’Youth Fest 3.0. Meski berlangsung hanya beberapa jam, pria ini berharap agar masyarakat khususnya generasi muda bisa mengenal panco lebih dalam.
Beberapa jam yang sangat sengit ditemani terik matahari dan sorak sorai penonton diakhiri dengan pengumuman juara. Kategori Lightweight (-65 kilogram) dimenangkan oleh I Ketut Budi Astawa (juara 1), Leonardo Prasetyo (juara 2), dan I Wayan Basma Wiguna (juara 3). Selanjutnya, Deloris Prima, Samiaji, serta I Made Tegar Oman menyusul naik ke atas panggung sebagai pemenang kategori Middleweight (-75 kilogram). Pengumuman dilanjutkan dengan pemanggilan pemenang kategori Middleweight (-85 kilogram), yaitu Wayan Setya, Kadek Ari Budiawan, dan I Gede Agus Gunawan. Sesi adu panco ini berakhir dengan pengumuman juara kategori Heavyweight (+85 kilogram) yang dimenangkan oleh Sumo (juara 1), Ketut Berlian Adi (juara 2), dan Ngurah Gede Sudarma (juara 3).
Terasa tanpa jeda, panggung mini stage kembali dikuasai oleh sekumpulan band anyar setelah sesi dokumentasi adu panco berakhir. Persiapan singkat dilakukan sebelum tampil menggelegar di atas panggung. Ditemani oleh senja, penampilan diawali oleh The Rog lalu dilanjutkan oleh Casteria dengan keseluruhan lagu yang dibawakan berhasil membakar semangat penontonnya. Grup Casteria yang terbentuk sejak 23 Oktober 2020 ini beranggotakan I gusti Agung Putra Handayana (vocal), I Kadek Ade Suaryadnya (bassist), Cok Gede Mega Putra (keyboard), dan Bagus Gelonk (drummer).
Penampilan perdana band ini di mini stage D’Youth Fest 3.0 semakin meriah dengan lima lagu yang dibawakan, yakni Cause I’m Moving On, Boomerang pelangi, ABCD, Bagindas “Empat Mata”, dan Tresna Mepalasan. Awalnya, kumpulan alumnus Magister Kenotariatan Universitas Warmadewa membentuk Casteria untuk berkarya sebelum menjadi notaris.
“Sambil menunggu (menjadi notaris), tidak ada salahnya kita berkarya dengan membuat band,” terang Putra pada Sabtu (21/10).
Inisiasi band Casteria ternyata bukan hanya keisengan semata. Nyatanya hingga saat ini dua album sudah dilahirkan dan bisa dinikmati di seluruh platform musik digital. Menurut Putra dan timnya, menguasai panggung mini stage di sore hari ini bagaikan kesempatan emas untuk bisa berkarya.
Selain Castaria, band Moondial, Forgood, Superfine, Roaddish, dan Little Isekai juga turut meramaikan panggung mini stage setelah penampilan coswalk. Sama seperti para penampil lainnya, band Roaddish yang beranggotakan Budi (vocal), Agus dur (drummer), Gusputra (bassist), dan Rahadian (guitarist) ini baru pertama kali merasakan panggung D’Youth Fest 3.0. Mereka menggunakan waktu senja ini sebaik mungkin dengan membawakan lima lagu berbeda.
Nyatanya, panggung mini stage hari ini tidak hanya diisi oleh penampilan musik saja. Di sela-sela waktu penampilan band, ada penampilan unik yang menyita mata pengunjung. Kali ini, penampilan yang dibawakan bukan tentang suara ataupun adu kekuatan tangan melainkan adu gaya. Seperti namanya, kontes coswalk diikuti oleh puluhan remaja yang datang dengan kostum unik. Mulai dari kostum pahlawan, anime, hingga kostum hantu, peserta melenggang elok selama satu menit untuk menarik perhatian juri.
Ken Kazuto selaku juri coswalk membuka acara dengan kostum pahlawannya. Ditemani oleh Hara Darika dari Komunitas Cosplay, Ken melakukan penilaian terhadap seluruh peserta sore ini. Mereka yang dipanggil langsung melenggang menunjukkan pesona sebanyak dua kali putaran. Persiapan selama kurang lebih dua bulan ini menghasilkan keputusan untuk memberikan penambahan poin terhadap peserta yang mengangkat tema nusantara.
“Coswalk sendiri memiliki tambahan penilaian pada kostum yang berbau nusantara, original character dari Indonesia maupun dari superhero Indonesia. Jadi yang pastinya sekitaran nusantara temanya,” ungkap Ken (21/10).
Bagi Ken, banyak manfaat yang bisa dipelajari dalam acara ini, salah satunya menambah sisi kreativitas, memupuk rasa percaya diri, dan bisa perform di atas panggung seperti penghayatan karakter.
“Bukan hanya sekadar suka, tetapi bagaimana cara kita memerankannya,” tutupnya.
Salah satu penampilan unik yang dibawakan oleh peserta yakni bertemakan horor. Berjalan dengan menyeret salah satu kaki, Anzi berhasil menghayati peran di film DreadOut. Menggunakan pakaian pocong dihiasi darah dan borok di wajah lengkap dengan celurit, siswa SMK 1 Denpasar ini memukau mata pengunjung. Peragaan perdananya di D’Youth Festival 3.0 dilatarbelakangi oleh perayaan halloween yang akan datang sebentar lagi. Siapa sangka, mulai dari make up dan darah pakaian dari cat akrilik semuanya disiapkan sendiri oleh Anzi.
“Sudah sering cosplay, make up nya sejam tadi,” kata Anzi (21/10).
Selama akumulasi penilaian dilakukan, panggung mini stage kembali diisi oleh penampilan band hingga pukul 19.00 Wita. Saat yang dinanti-nanti oleh Anzi dan peserta lainnya kini sudah di depan mata. Pengumuman pemenang coswalk di tahun ini dibacakan oleh Ken dan ditemani oleh Hara. Juara tiga dimenangkan oleh Kusma (Tobirama) disusul oleh Anzi (Pocong Warrior) dan Kaze deyra (Sri Asih) sebagai juara satu.