Menyambut akhir pekan di pertengahan bulan Oktober, suasana taman kota tampak berbeda. Riuh teriakan penonton disusul oleh suara musik yang tak kalah lantang bak memecah suasana pagi. Hari ini taman kota tidak hanya disinggahi oleh anak-anak, tetapi juga orang dewasa yang memusat pada satu acara, yakni pagelaran seni.
Sejak pukul 09.30 Wita para penampil sudah melakukan persiapan di panggung Theater Area. Pakaian apik yang dikenakan dengan alat musik yang dibawa menjadi pembeda antara satu kelompok dengan yang lainnya. Mulai dari warna yang mencolok, full hitam, hingga tema tradisional menjadi kostum yang dipilih oleh setiap tim dalam acara Student Band Battle.
Meski terik matahari menyengat, perlombaan tetap berjalan dengan meriah. Terdapat 10 band yang tampil untuk unjuk kemampuan, yakni Crossbank, Dass Shine, Shine Two, Until the Sunset, Melodi 9, Neonsix Band, The Pancas, Stars Project, Trigliv, dan Rising Star Band. Mereka berasal dari berbagai jenjang, mulai dari anak sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.
Until The Sunset menjadi salah satu penampil di rangkaian acara student band battle yang berasal dari Sekolah Highscope Indonesia Bali. Grup band yang terdiri dari Abhijata (drummer), Arsya (keyboardist), Putu Agus (basses), Rania (vocalist), Krisna (guitarist), dan Saka (guitarist) ini berhasil memukau pengunjung dan dewan juri karena mereka merupakan peserta termuda. Kumpulan siswa sekolah dasar ini membawakan lagu ‘Penyalin Cahaya’ dan ‘Merah Putih’. Meski perasaan tegang menyelimuti, penampilan perdana mereka di panggung Student Band Battle berhasil memecah suasana dan meraih peringkat 3. Bagi band Until The Sunset, penampilan kali ini merupakan batu loncatan pertama mereka sebelum menuju kompetisi berikutnya yang lebih menantang.
“Ya agar lebih maju dan bisa ke internasional juga,” ungkap Krisna (20/10).
Di sisi lain, I Gusti Ngurah Putra Miharja selaku juri Student Band Battle mengatakan jika pertandingan di tahun ini sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
“Yang pasti sih yang tahun ini semua sudah well prepared, jadi nggak ada gitar yang fals gitu, makanya kita sebagai dewan juri itu bingung sebenarnya mau pilih yang mana sebagai juara,” ungkap personel Soundtrack of Your Life (20/10).
Menurutnya, kegiatan Student Band Battle menjadi regenerasi dari skena musik di indonesia, khususnya Bali karena banyak sekali potensi-potensi di bidang musik itu yang benar-benar harus digali dan benar-benar harus di support.
Selaras dengan Jik Putra, Ida Bagus Agung Reza Mahaputra juga mengatakan jika kegiatan battle ini menumbuhkan dan mendukung bibit-bibit baru dalam musik di Bali meskipun siswa tersebut jarang terlihat di bidang akademik. Menurut personel Black Swan ini, semua tim adalah pemenang sehingga tidak ada istilah kalah dalam kompetisi ini.
“Kalau kalah di kompetisi tidak apa-apa tapi jadilah pemenang di hati masyarakat,” tutupnya.
Student Band Battle pada hari Jumat ini diakhiri dengan pengumuman pemenang dari beberapa kategori. Pengumuman diawali dengan kategori best player dengan lima nominasi, yaitu best player drummer dari Melodi 9, best player bassist dari Dass Shine, best player keyboardist dari The Pancas, best player guitarist dari Trigliv, dan best player vocalist dari Melodi 9. Pengumuman pemenang dilanjutkan setelah penyerahan hadiah best player dilakukan. Kali ini, Until The Sunset berhasil menduduki peringkat ketiga disusul oleh The Pancas dan Melodi 9 sebagai peringkat pertama. Acara Student Band Battle di D’Youth Fest 3.0 diakhiri dengan sesi penyerahan hadiah kepada tiga tim pemenang dan serta dokumentasi dengan seluruh peserta kompetisi.
Menikmati Malam dengan Pertunjukan Teater
Masih di lokasi yang sama, menuju pukul 18.00 Wita pengunjung taman kota semakin padat. Kali ini dengan beralaskan karpet dan juga rerumputan, penonton duduk serempak menyambut pertunjukan teater sebagai peneman malam. Antusias yang ditunjukkan dengan teriakan dan tepuk tangan mengalahkan suara musik latar yang muncul.
Malam ini, Jumat (20/10) pertunjukan seni teater akan dibawakan oleh empat kelompok. Sebelumnya, mereka telah melakukan olah panggung dan latihan di panggung theater area satu jam sebelum acara dimulai. Waktu yang tersedia dimanfaatkan dengan baik oleh masing-masing kelompok teater hingga tidak terasa acara pertunjukan dimulai.
Pertunjukan diawali oleh Teater Sangsaka. Arjun bersama rekan-rekan SMK N 1 Denpasar berhasil mengajak penonton tegang dengan tema horor yang diangkat. KKN di Desa Kenari menjadi inspirasi penampilan operet mereka di panggung theater area D’Youth Fest 3.0.
“Pesan pertunjukan kami itu dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Jadi kita sebagai orang baru harus ikuti peraturan yang ada jangan semena-mena,” tutur Arjun, pimpinan produksi Teater Sangsaka (20/10).
Siswa yang memiliki nama lengkap A.A. Arjun Mahavira Putra ini menyatakan jika penampilan mereka di D’Youth Fest 3.0 yang berjudul Malapetaka merupakan pengalaman pertama karena sebelumnya mereka terbiasa tampil di ruangan tertutup. Operet yang dibawakan juga memberikan kesempatan kepada adik-adiknya untuk melatih mental dan juga menambah jam terbang mereka dalam dunia teater. Selain itu, kekompakan dan kerja sama menjadi hal yang didapatkan oleh tim teater Arjun setelah pengalaman. Tidak banyak harapan yang dilontarkan oleh siswa kelas 12 ini, dia hanya ingin agar kedepannya pagelaran teater seperti saat ini bisa tetap ada.
“Next, semoga masih ada kegiatan seperti ini dan kalau bisa gratis,” tutup Arjun.
Sorakan penonton semakin ramai setelah tarian penutup Teater Sangsaka berhenti dan disambung oleh pertunjukan Teater Sativa. Kali ini judul Dusta Lara dibawakan dengan Yesi sebagai pimpinan produksi dan Bintang sebagai Sutradara. Penampilan Teater Sativa tidak kalah apik dari sebelumnya dengan pembawaan cerita dan gerakan dari setiap pemainnya.
I Putu Diva Aditya mengatakan jika ini adalah pertama kalinya ia datang ke D’Youth Fest 3.0 dan menonton pertunjukan teater. Selama pertunjukan berlangsung, Diva merasa ikut terseret dalam cerita yang dipersembahkan masing-masing kelompok teater.
Siswa SMK N 5 Denpasar ini ternyata tidak datang dengan sengaja, ia merupakan salah satu peserta lomba e-sport di D’Youth Fest 3.0. Waktu senggangnya setelah pertandingan digunakan untuk melihat pertunjukan teater. Ketertarikannya timbul saat melihat pamflet dari masing-masing kelompok teater.
“Seru sih tak kira bakal boring, ternyata lucu,” ujar Diva (20/10).
Beralih ke pertunjukan selanjutnya, kini saatnya Teater Bagol menunjukkan hasil karyanya. Mengangkat judul Graduation, Teater Bagol juga berhasil memeriahkan malam taman kota dan diakhiri dengan penampilan dari Teater Biru Jingga. Persembahan terakhir ini berjudul Vengeance dan menutup malam kemeriahan pertunjukan teater di hari pertama D’Youth Fest 3.0.
Bersamaan dengan penutupan teater Biru Jingga, penonton memberikan teriakan dan tepuk tangan meriah sebagai akhir dari acara di theater area malam ini. Setelah beranjak, penonton mulai menuju pintu keluar untuk melanjutkan aktivitas masing-masing. Tidak lupa, beberapa orang mengabadikan momen malam ini dengan mengambil gambar dan video singkat.
Mencari Bibit Unggul di Skateboard Competition
Beralih ke seberang taman kota, terdapat aktivitas lain di belakang panggung utama D’Yoth Fest 3.0 sejak pukul 13.00 Wita. Acara ini merupakan kompetisi skateboard yang diikuti oleh lima puluhan peserta dari berbagai kalangan usia. Tidak hanya remaja, anak-anak sekolah dasar juga turut meramaikan acara ini dengan tingkat yang tersedia, yakni under dan beginner. Seluruh peserta skateboard menunjukkan kelihaiannya dalam kompetisi ini.
Keseruan perhelatan setiap peserta berakhir dengan diumumkannya tiga juara dari masing-masing kategori. Untuk kategori beginner, kompetisi skateboard dimenangkan oleh Willy sebagai juara 1, Eben sebagai juara 2, dan Dylon sebagai juara tiga. Dalam tingkat under, Dylon berhasil mengantongi juara 1, Banu sebagai juara 2, dan Daichi berhasil memperoleh juara tiga.
Perhitungan poin dalam penentuan juara dilakukan oleh tiga juri, salah satunya Ida Bagus Prasuta. Pria yang sudah menggeluti dunia skateboard sejak 1990-an ini merupakan ketua dari komunitas Persatuan Skateboarder Bali dan sudah menjadi juri sejak awal kompetisi. Bagi Prasuta, kegiatan skateboard ini bukan hanya sekadar kompetisi belaka, tetapi ada manfaat lain yang bisa didapatkan oleh setiap pesertanya.
“Mereka punya ajang khusus yang bisa memacu kegiatan mereka selama berkompetisi, jadi mereka bisa melatih mental, skill, dan sebagainya untuk meraih apa yang ingin mereka capai,” ungkap Prasuta (20/10).
Bagi Prasuta, kegiatan skateboard tidak lagi sebagai hobi belaka, tetapi menjadi celah prestasi bagi para penggelutnya karena timbulnya bibit-bibit unggul. Antusias peserta di tahun ini juga berbeda dari sebelumnya yang mana jumlah peserta meningkat. Tidak hanya itu, latar belakang peserta tahun ini juga beragam, tidak hanya dari Bali, ada juga peserta asing dari Finlandia dan Rusia. Melihat potensi yang ada, Prasuta berharap agar Denpasar bisa memiliki fasilitas yang semakin memadai untuk mengembangkan potensi dari bibit unggul yang nantinya bisa mengharumkan nama Bali.
“Jadinya lebih terarah dengan adanya fasilitas yang benar-benar memadai untuk menunjang kegiatan ini,” tutupnya.