21-10-23-Penampilan Teater Diatas Panggung (1)
Media Release

Geliat Seni Peran Melalui Festival Teater Remaja Masa Kini

Menyusuri perayaan D’Youth Fest 3.0 di akhir pekan tentu masyarakat akan diajak untuk menyaksikan ragam kreativitas anak muda yang dituangkan dalam berbagai bentuk. Menilik tujuan awal D’Youth Fest 3.0 yang dilaksanakan tahun ini, yaitu untuk mewadahi kreativitas anak muda di Kota Denpasar salah satunya teater. Melalui panggung Theater Area yang bertajuk Festival Teater Remaja Masa Kini, siapapun yang hadir akan diajak mengekspresikan diri melalui serangkaian penampilan. 

Panggung Festival Teater Remaja Masa Kini hari kedua yang tampak meriah dengan penampilan dari Teater Loak yang dipersembahkan diatas panggung

Panggung yang terletak di Taman Kota tersebut nampak semakin dipadati oleh pengunjung dari berbagai kalangan, mulai dari siswa hingga perguruan tinggi, mulai dari anak – anak hingga orang dewasa turut antusias menyambut penampilan yang akan memeriahkan penutupan panggung D’Youth Fest 3.0 di Taman Kota Denpasar. 

Potret penonton yang terlihat terhibur sambil mendokumentasikan penampilan teater

Beni Dipo selaku event director panggung teater tersebut menuturkan event ketiga D’Youth Fest tahun ini mengusung konsep yang berbeda dengan tahun – tahun sebelumnya, “konsepnya karena ini di bulan Oktober ada vibes hallowennya dikit, dari desain maskot ada setan bertanduk dan kita beri vibes hallowennya. tapi tidak menutup kemungkinan adanya akulturasi dari seni budaya Bali, bisa dilihat dari guest star kita Teater Kini Berseri dari kostum hingga cerita yang dibawakan menggunakan cerita yang mengandung local wisdom” ungkap Beni. 

Penampilan pertama di panggung Festival Teater Remaja Masa kini hari kedua oleh komunitas Teater Loak 

Beragam penampilan dari komunitas – komunitas teater remaja dari tingkat sekolah menengah hingga perguruan tinggi turut mengundang seluruh masyarakat untuk berkumpul menyaksikan garapan seni teater khas anak muda di Kota Denpasar. Menggandeng beberapa komunitas teater, kemeriahan panggung D’Youth Fest 3.0 menjadi salah satu panggung pementasan hasil kolaborasi seluruh komunitas teater sehingga dapat membentuk suatu bentuk festival. 

enampilan Teater oleh Komunitas Teater Kini Berseri yang membawa cerita Ramayana, nampak rahwana (kiri) dan sinta (kanan) yang sedang berdialog mengikuti peran

Festival Teater Remaja Masa Kini telah berlangsung selama dua hari dengan beragam pertunjukan dari komunitas teater antara lain Teater Sangsaka, Teater Sativa, Teater Bagol, dan Teater Biru Jingga. Kini  di hari kedua,  komunitas teater berbakat turut terlibat bersama merayakan penutupan panggung D’Youth Fest 3.0,  antara lain teater loak, teater Jungut Sari dan Teater Orok. 

Penampilan ekspresif dari aktor Teater Jungut Sari yang turut menghibur penonton di panggung hari kedua Festival Teater Remaja Masa Kini 

Panggung kian meriah oleh garapan bernuansa budaya oleh komunitas Teater Kini Berseri. “konsep ini kita bertajuk I Golf U yaitu membawa peran rama, sita dan rahwana, modifikasi ceritanya dengan mengambil tema golf” ungkap Rio selaku pemeran Rama dalam garapan teatrikal milik Kini Berseri. 

Panggung Festival Teater Remaja Masa Kini yang ditutup dengan penampilan Rama dan Sita

Sebagai salah satu penggiat seni Teater yang juga bergabung dengan Kelompok Teater Kini Berseri, Rio turut menyampaikan bagaimana panggung – panggung berkesenian khususnya seni teater saat ini, “Masih sedikit ya panggung – panggung untuk menampilkan teater dengan nuansa – nuansa baru, jadi ketika kita akan membuat event teater gitu kebingungan untuk mencari panggung, sementara di Denpasar hanya terdapat satu yang well prepared yaitu Dharma Negara Alaya, harapannya semakin kedepan makin banyak panggung yang disediakan dan pelaksanaannya pun dapat terus berkelanjutan” tutup Rio. 

20231021_Final ESport (1)
Media Release

Turnamen ESI Denpasar, Menjaring Bibit Atlet E-Sport Unggulan

Babak akhir penentuan juara pelombaan E-Sport Indonesia (ESI) Denpasar di Amphiteater Taman Kota, Sabtu (21/10)

Hari kedua perlombaan E-Sport Indonesia (ESI) Denpasar, menuju babak akhir penentuan sang juara. Amphiteater Taman Kota tampak semakin panas dengan sorak sorai pendukung ketiga tim terbaik yang lolos untuk memperebutkan puncak tertinggi kejuaraan ESI Denpasar. 

Selepas 5 jam bergelut panas dengan gawainya, peringkat teratas perlombaan Mobile Legend akhirnya disabet oleh SMA N 1 Denpasar, di posisi kedua ditempati oleh SMA N 1 Kuta dan Posisi Ketiga diraih oleh SMAN 11 Denpasar. 

Senyum sumringah kontingen SMA 1 Denpasar usai menyabet Juara 1 Mobile Lagend ESI Denpasar.

Selain mewadahi minat dan bakat generasi muda dalam cabang E-Sport, turnamen ini juga menjadi jala yang menjaring bibit-bibit atlet E-Sport unggulan, mengingat Denpasar selama ini telah cukup berjaya mendelegasikan pasukan E-Sport kuat pada banyak ajang perlombaan berskala nasional. Adi Karya Nugraha Ketua ESI Denpasar  menyebut Bali mempunyai potensi yang spesial. “Atlet Denpasar sendiri melupakan atlet yang terbanyak yang akan melaju di PON untuk mewakili  Bali.”

Adi Karya Nugraha, Ketua E-Sport Indonesia (ESI) Denpasar terlihat puas setelah melihat antusiasme peserta lomba ESI Se-Bali

Berbicara soal keberlanjutan dan pemberdayaan potensi sumber daya manusia yang ada, selepas perlombaan ini, Adi Karya menyebut akan dilaksanakan pembinaan untuk membentuk iklim E-Sport yang berkualitas dan semakin memajukan cabang E-Sport di Denpasar juga Bali. “Target kami memang untuk tahun depan ya itu ada pembinaan untuk SMP SMA,  Universitas sampai umum nah,  kita sudah berjalan sih jenjang-jenjang pembinaan itu dari tahun ini sudah sustain ada pekan olahraga pelajar.”

Sementara itu, Putu Narendra Putra Gaska salah satu anggota tim SMA N 1 Denpasar yang berhasil menyabet posisi teratas mengharapkan eksistensi E-Sport dapat terus berlanjut, “semoga E- Sport sukses selalu dan konsisten,” tutupnya

21-10-23-Foto Bersama Peserta dan Juri
Media Release

MC Contest 2023: Mengasah Skill Public Speaking melalui Kompetisi

Menutup pagelaran D’Youth Fest 3.0, seluruh panggung kreativitas bagi anak muda di Kota Denpasar telah mencapai akhir rangkaiannya. Seluruh panggung D’Youth Fest 3.0 memberikan suguhan terbaik melalui ragam mata acara yang disusun apik. Begitupula dengan Gedung Dharma Negara Alaya, sekelompok anak muda nampak berpakaian rapi dengan kemeja dan sepatu yang klinis, sementara beberapa lainnya berbusana adat, nampak memasuki ruangan yang diketahui diperuntukkan sebagai panggung komunitas kreatif. 

Peserta MC Contest 2023 yang nampak mengisi tempat duduk di Ruang Diskusi  Dharma Negara Alaya 

MC Contest 2023 menjadi salah satu ajang yang dinantikan oleh anak muda yang memiliki ketertarikan minat dan bakat seputar public relation. Sekelompok anak muda yang terlihat berpakaian rapi merupakan peserta – peserta yang nantinya akan mengikuti kontes kemampuan memeragakan pembawa acara yang dilaksanakan di Community Area Gedung DNA. Sebuah kompetisi nasional tersebut diinisiasi oleh kelompok penggiat seni berkomunikasi lewat public speaking. 

Salah satu peserta MC Contest 2023 yang nampak rapi dengan setelan kemeja berwarna biru

Dwi Hera selaku founder dari Public Speaking Bali, menuturkan latar belakang pembentukan kegiatan MC Contest tersebut, “Sebuah wadah komunitas untuk seluruh elemen masyarakat yang tertarik di bidang public speaking jadi kurang lebih kita terbentuknya tahun 2019, jadi kurang lebih 4 setengah tahun kita ada di Kota Denpasar,  dan kita mendukung banget muda – mudi bali untuk lebih aware bahwa public speaking skill itu penting banget, maka dari itu kita sering banget ngadain kegiatan, ngadain beberapa lomba, salah satunya event akbar MC Contest tahun 2023 ini” ungkap Dwi. Dwi menuturkan MC Contest 2023 ini merupakan event kedua dari komunitas tersebut, dengan tiga tahun sebelumnya juga bertempat di Dharma Negara Alaya. 

Dwi Vera selaku Founder Public Speaking Bali memberikan opening speech sebelum dimulainya acara MC Contest 2023. 

Antusiasme generasi muda terkhusus yang memiliki ketertarikan di bidang public speaking dirasa cukup tinggi, hal tersebut pun didukung dari banyaknya peserta yang turut hadir memenuhi ruangan. Jumlah peserta dalam kuantitas pun mencapai 98 peserta yang terbagi atas 3 kategori perlombaan, MC Indonesia, MC Bahasa Inggris dan MC Bahasa Bali. Tak hanya itu, perwujudan antusiasme anak muda juga dilihat dari penampilan yang tentu dipersiapkan dengan matang mengikuti peran sebagai pembawa acara berdasarkan kategori bahasa yang dipilih. 

Peserta MC Contest yang menggunakan busana sesuai dengan kategori lomba yang dipilih 

Bagi Dwi, panggung – panggung di Kota Denpasar telah banyak tersedia dan komunitas telah diberikan keleluasaan untuk mengusung konsep – konsep baru sehingga nantinya dapat memberikan manfaat berupa skill. Rani selaku peserta yang telah mengikuti kompetisi, menuturkan panggung – panggung untuk minat bakat di bidang komunikasi terkhusus public speaking nantinya akan terus berkambang dan berkelanjutan tidak hanya di kancah nasional namun juga dapat mencapai tingkat internasional. 

Pengumuman pemenang MC Contest 2023, nampak juri yang memberikan piala penghargaan kepada juara satu MC Contest 2023 pada kategori MC Bahasa Inggris

Dwi turut memberikan harapannya akan panggung – panggung bagi komunitas “Mudah – mudahan event MC Contest  2023 ini bisa konsisten kedepannya,  kita pengennya mudah – mudahan bisa dilaksanakan setahun sekali, dua tahun sekali, serta bisa bekerjasama dengan Pemerintah Kota Denpasar, D’Youth Fest, DNA dan semua stakeholder terkait,” ungkap Dwi, baginya ketika berkolaborasi maka hasil yang didapatkan pun semakin besar, sehingga nantinya manfaat tidak hanya dirasakan oleh komunitas saja tetapi dirasakan oleh masyarakat luas. 

20231021_Youth Land_Macrame
Media Release

Workshop Macrame: Mengisi Waktu Luang Dengan Melatih Jemari

Foto bersama peserta dan penyelenggara Workshop Macrame yang bertempat di Youth Land D’youth Fest 3.0

Rajutan yang dihasilkan oleh jari jemari lentik para perempuan kembali hadir di area Youth Land yang berlokasi di Lapangan Lumintang. Terik Kota Denpasar siang hari ini yang diteduhi oleh rangkaian kain oranye,  menyambut para peserta yang hadir. Tampak para perempuan dari berbagai kalangan sudah mulai memenuhi tempat duduk yang disusun setengah melingkar. Mereka terlihat sangat siap dengan genggaman benang di tangan masing-masing.

Melanjutkan workshop rajutan yang telah dilakukan pada hari pertama D’Youth Fest 3.0, Volen Artspace dengan kerjasamanya bersama Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menghadirkan Workshop Macrame di Day 2 D’youth Fest 3.0. Kali ini, mereka mengangkat kerajinan Wall Hanging atau hiasan yang terbuat dari rajutan benang untuk dipajang di dinding. Fungsi dari hiasan ini sendiri salah satunya adalah fungsi estetika, sebagai pengisi hiasan kamar yang kosong.

Angga, Head Trainer dari Volen Artspace yang menjadi tutor untuk peserta di workshop macrame kali ini

Hadir Angga, sebagai Head Trainer dari Volen Artspace yang menjadi tutor untuk para peserta yang ikut dalam workshop. Ia menjelaskan dengan adanya Workshop Macrame ini, dapat memperkenalkan kepada orang-orang bahwa ada kesenian macrame yang kegiatannya dapat dilakukan pada saat waktu senggang, “Dari pada main HP,  jadi lebih baik buat sesuatu hal,” Jelasnya saat Workshop Macrame pada Sabtu (21/10). Ia menambahkan, bahwa Wall Hanging ini dibuat dengan teknik square knot.

Nisma, salah satu peserta Talkshow Macrame menunjukkan Wall Hanging yang merupakan karya rajutannya

Peserta yang turut hadir dalam Workshop Macrame diramaikan oleh 11 orang yang didominasi oleh individu yang memang berkeinginan untuk menambah pengetahuan, juga skill baru. Nisma, yang merupakan salah satu dari peserta workshop, mengatakan bahwa ini merupakan kedua kalinya Ia mengikuti workshop merajut. Tak hanya itu, Ia juga berpendapat bahwa berawal dari rasa penasaran, ternyata kegiatan ini sangat bermanfaat untuk dirinya. “Sangat menyenangkan, memberikan pengetahuan baru, dan tentunya membantu UMKM juga yang ingin berjualan,” tuturnya pada Sabtu (21/10). 

Angga, Head Trainer yang sigap membantu peserta merajut benang 

Selama berlangsungnya acara, tak henti Angga dan rekannya dengan sigap selalu membantu para peserta yang sedang kesusahan. Mereka turut membantu dengan jeli, juga penuh kesabaran membantu menjelaskan dan mengajarkan para peserta hingga mengerti. Perlahan-lahan rajutan benang warna-warni tersebut membentuk Wall Hanging yang akan menghiasi dinding kamar para peserta.

Workshop Macrame ini berlangsung selama satu setengah jam, yakni dimulai pukul 15.00 hingga 16.30 Wita. Tampak raut senang dan puas para peserta saat akhir acara karena berhasil merajut benang di genggaman mereka hingga menjadi sebuah kerajinan tangan Wall Hanging. Terlihat sangat rapi dan cantik. Membuat kerajinan macrame, selain mengisi waktu luang dan menambah skill baru, juga dapat membantu para UMKM untuk mengembangkan bisnisnya. Perlahan-lahan, para peserta mulai meninggalkan kursinya masing-masing. Hal ini menandakan usainya kegiatan Workshop Macrame D’youth Fest 2023.

20231021_Youth Land_Talkshow Barberbagi (1) (1)
Media Release

Talkshow Barberbagi: Bincang Santai dengan Tukang Cukur di Bali

Sesi Talkshow Barberbagi: Sharing Barber Community yang bertempat di venue Youth Land D’youth Fest 3.0

Terik Kota Denpasar siang hari ini menyorot kawasan Youth Land yang berlokasi di Lapangan Lumintang. Lokasi mulai dikerumuni oleh anak muda kreatif dari berbagai kalangan dengan hobi juga profesi yang sama, yakni tukang cukur rambut. Kerumunan ini didominasi oleh pria yang mengenakan pakaian serba hitam, dengan senyum merekah tampak pada wajah mereka. Para pengunjung yang datang tentunya memiliki kegemaran untuk mengkreasikan penampilan rambut seseorang agar menjadi lebih menawan.

Tempat duduk yang disusun berbentuk setengah melingkar perlahan mulai dipenuhi oleh para pengunjung yang memiliki rasa keingintahuan tinggi mengenai profesi tukang cukur rambut. D’youth Fest 3.0 menghadirkan Komunitas Toekang Cukur Bali untuk mewadahi pemuda kreatif lokal Bali yang bergelut di dunia tukang cukur dengan menggelar Talkshow Barberbagi: Sharing Barber Community.

Edo Renanda dan Yogeswara Chandra beserta anggota komunitas Toekang Cukur Bali

Talkshow yang dihadiri oleh 48 peserta ini menghadirkan Edo Renanda selaku pendiri atau ketua dari Komunitas Toekang Cukur Bali, didampingi dengan Yogeswara Chandra selaku wakil dari Komunitas Toekang Cukur Bali. Tak hanya mereka, ada dua orang lainnya yang turut menjadi meramaikan yakni Alwyz Fatih Tevta Wewengkang atau Alwyz The Barberbuzz dan Swan Barber sebagai anggota dari Komunitas Toekang Cukur Bali yang sudah sukses menekuni profesi sebagai tukang cukur. Keempat pembicara inilah yang akan memimpin bincang santai dengan para peserta siang hari ini.

Komunitas Toekang Cukur Bali bermula dari sebuah perkumpulan teman-teman lokal Bali yang bergelut di dunia Tukang Cukur. Edo Renanda menjelaskan bahwa memang sudah banyak terdapat komunitas tukang cukur di Bali, namun belum ada yang mengkhususkan untuk perkumpulan tukang cukur masyarakat di Bali, “Maksudnya menjadi rumah di rumah kita sendiri, yaitu Bali,” tuturnya saat Talkshow Barberbagi D’youth Fest 3.0 2023 pada Sabtu (21/10). 

Renanda membagikan perjalanannya dalam membangun Komunitas Toekang Cukur Bali. Ia bercerita bahwa pada tahun 2016, dirinya bekerja di sebuah Barbershop dan melihat bahwa ada komunitas di Bali namun menyangkut banyak anggota dengan peserta lokal Bali yang sedikit. Hal itu yang menjadi fondasi dari berdirinya Komunitas Toekang Cukur Bali dan menjadikan wadah untuk teman-teman lokal Bali untuk bergabung dan tidak menjadi tamu lagi di rumah kita sendiri, yaitu Bali.

Keseruan Peserta Talkshow Barberbagi D’youth Fest 2023 yang sedang menyimak pembicara

Para pengunjung terlihat sangat antusias menatap para pembicara untuk mendengarkan mereka berbagi pengalamannya lebih dalam sebagai tukang cukur. Pengunjung yang datang pun juga berasal dari berbagai daerah yang ada di Bali. Terlihat para pembicara talkshow dapat mencairkan suasana dengan saling bertukar pendapat dengan para pengunjung. 

Salah satunya adalah Kadek Dian, peserta yang berasal dari Kedonganan, dengan bersemangat Ia berbagi cerita bahwa dirinya merupakan seorang perawat dengan pekerjaan sampingan sebagai tukang cukur, “Awalnya saya ini basicnya di kesehatan sebagai perawat, saat ini pun masih menjadi perawat di salah satu rumah sakit di Jimbaran. Sedangkan, tukang cukur jadi pekerjaan sampingan,” jelas Kadek Dian pada Sabtu (21/10).

Adapun salah satu tukang cukur wanita bernama Indah, yang turut berbagi kesenangannya dalam berprofesi sebagai tukang cukur. Wanita yang tampaknya sudah berkeluarga itu berpendapat bahwa menjadi tukang cukur sangat fleksibel, “Jadi tukang cukur bisa kemana aja, bisa jaga anak juga,” ungkapnya pada Sabtu (21/10).

Pengunjung Talkshow Barberbagi D’youth Fesr 3.0 dari berbagai kalangan

Wakil dari Komunitas Toekang Cukur Bali Yogeswara Chandra turut serta menuturkan bahwa peserta yang hadir didominasi oleh kalangan anak muda yang tidak hanya berprofesi sebagai tukang cukur, “Dari luar (profesi tukang cukur) juga banyak, seperti anak muda yang mungkin baru mau belajar nyukur,” jelasnya. Talkshow berlangsung sekitar satu jam, dimulai pukul 13.30 hingga 14.30 Wita. Tak terasa sejam berlalu,  tampak para pengunjung satu persatu mulai meninggalkan bangku. Dengan itu ditandai dengan berakhirnya acara Talkshow Barberbagi: Sharing Barber Community.

20231020_TheaterArea_Melodi9 (1)
Media Release

Kreativitas Seni Remaja Kota Denpasar: Lahirkan Bibit Unggul dari Pagelaran Band, Teater, dan Skateboard

Penampilan Melodi 9, salah satu peserta di Student Band Battle D’Youth Fest 3.0

Menyambut akhir pekan di pertengahan bulan Oktober, suasana taman kota tampak berbeda. Riuh teriakan penonton disusul oleh suara musik yang tak kalah lantang bak memecah suasana pagi. Hari ini taman kota tidak hanya disinggahi oleh anak-anak, tetapi juga orang dewasa yang memusat pada satu acara, yakni pagelaran seni.

Sejak pukul 09.30 Wita para penampil sudah melakukan persiapan di panggung Theater Area. Pakaian apik yang dikenakan dengan alat musik yang dibawa menjadi pembeda antara satu kelompok dengan yang lainnya. Mulai dari warna yang mencolok, full hitam, hingga tema tradisional menjadi kostum yang dipilih oleh setiap tim dalam acara Student Band Battle.

Meski terik matahari menyengat, perlombaan tetap berjalan dengan meriah. Terdapat 10 band yang tampil untuk unjuk kemampuan, yakni Crossbank, Dass Shine, Shine Two, Until the Sunset, Melodi 9, Neonsix Band, The Pancas, Stars Project, Trigliv, dan Rising Star Band. Mereka berasal dari berbagai jenjang, mulai dari anak sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. 

Until The Sunset menjadi salah satu penampil di rangkaian acara student band battle yang berasal dari Sekolah Highscope Indonesia Bali. Grup band yang terdiri dari Abhijata (drummer), Arsya (keyboardist), Putu Agus (basses), Rania (vocalist), Krisna (guitarist), dan Saka (guitarist) ini berhasil memukau pengunjung dan dewan juri karena mereka merupakan peserta termuda. Kumpulan siswa sekolah dasar ini membawakan lagu ‘Penyalin Cahaya’ dan ‘Merah Putih’. Meski perasaan tegang menyelimuti, penampilan perdana mereka di panggung Student Band Battle berhasil memecah suasana dan meraih peringkat 3. Bagi band Until The Sunset, penampilan kali ini merupakan batu loncatan pertama mereka sebelum menuju kompetisi berikutnya yang lebih menantang.

“Ya agar lebih maju dan bisa ke internasional juga,” ungkap Krisna (20/10).

Potret Until The Sunset, juara 3  Student Band Battle D’Youth Fest 3.0

Di sisi lain, I Gusti Ngurah Putra Miharja selaku juri Student Band Battle mengatakan jika pertandingan di tahun ini sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. 

“Yang pasti sih yang tahun ini semua sudah well prepared, jadi nggak ada gitar yang fals gitu, makanya kita sebagai dewan juri itu bingung sebenarnya mau pilih yang mana sebagai juara,” ungkap personel Soundtrack of Your Life (20/10).

Menurutnya, kegiatan Student Band Battle menjadi regenerasi dari skena musik di indonesia, khususnya Bali karena banyak sekali potensi-potensi di bidang musik itu yang benar-benar harus digali dan benar-benar harus di support

Selaras dengan Jik Putra, Ida Bagus Agung Reza Mahaputra juga mengatakan jika kegiatan battle ini menumbuhkan dan mendukung bibit-bibit baru dalam musik di Bali meskipun siswa tersebut jarang terlihat di bidang akademik. Menurut personel Black Swan ini, semua tim adalah pemenang sehingga tidak ada istilah kalah dalam kompetisi ini.

“Kalau kalah di kompetisi tidak apa-apa tapi jadilah pemenang di hati masyarakat,” tutupnya.

Student Band Battle pada hari Jumat ini diakhiri dengan pengumuman pemenang dari beberapa kategori. Pengumuman diawali dengan kategori best player dengan lima nominasi, yaitu best player drummer dari Melodi 9, best player bassist dari Dass Shine, best player keyboardist dari The Pancas, best player guitarist dari Trigliv, dan best player vocalist dari Melodi 9. Pengumuman pemenang dilanjutkan setelah penyerahan hadiah best player dilakukan. Kali ini, Until The Sunset berhasil menduduki peringkat ketiga disusul oleh The Pancas dan Melodi 9 sebagai peringkat pertama. Acara Student Band Battle di D’Youth Fest 3.0 diakhiri dengan sesi penyerahan hadiah kepada tiga tim pemenang dan serta dokumentasi dengan seluruh peserta kompetisi.

Menikmati Malam dengan Pertunjukan Teater

Masih di lokasi yang sama, menuju pukul 18.00 Wita pengunjung taman kota semakin padat. Kali ini dengan beralaskan karpet dan juga rerumputan, penonton duduk serempak menyambut pertunjukan teater sebagai peneman malam. Antusias yang ditunjukkan dengan teriakan dan tepuk tangan mengalahkan suara musik latar yang muncul. 

Malam ini, Jumat (20/10) pertunjukan seni teater akan dibawakan oleh empat kelompok. Sebelumnya, mereka telah melakukan olah panggung dan latihan di panggung theater area satu jam sebelum acara dimulai. Waktu yang tersedia dimanfaatkan dengan baik oleh masing-masing kelompok teater hingga tidak terasa acara pertunjukan dimulai.

Pertunjukan diawali oleh Teater Sangsaka. Arjun bersama rekan-rekan SMK N 1 Denpasar berhasil mengajak penonton tegang dengan tema horor yang diangkat. KKN di Desa Kenari menjadi inspirasi penampilan operet mereka di panggung theater area D’Youth Fest 3.0. 

“Pesan pertunjukan kami itu dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Jadi kita sebagai orang baru harus ikuti peraturan yang ada jangan semena-mena,” tutur Arjun, pimpinan produksi Teater Sangsaka (20/10).

A.A. Arjun Mahavira Putra, Pimpinan Produksi Teater Sangsaka saat diwawancara mengenai tema yang pertunjukkan yang diangkat

Siswa yang memiliki nama lengkap A.A. Arjun Mahavira Putra ini menyatakan jika penampilan mereka di D’Youth Fest 3.0 yang berjudul Malapetaka merupakan pengalaman pertama karena sebelumnya mereka terbiasa tampil di ruangan tertutup. Operet yang dibawakan juga memberikan kesempatan kepada adik-adiknya untuk melatih mental dan juga menambah jam terbang mereka dalam dunia teater. Selain itu, kekompakan dan kerja sama menjadi hal yang didapatkan oleh tim teater Arjun setelah pengalaman. Tidak banyak harapan yang dilontarkan oleh siswa kelas 12 ini, dia hanya ingin agar kedepannya pagelaran teater seperti saat ini bisa tetap ada. 

“Next, semoga masih ada kegiatan seperti ini dan kalau bisa gratis,” tutup Arjun.

Sorakan penonton semakin ramai setelah tarian penutup Teater Sangsaka berhenti dan disambung oleh pertunjukan Teater Sativa. Kali ini judul Dusta Lara dibawakan dengan Yesi sebagai pimpinan produksi dan Bintang sebagai Sutradara. Penampilan Teater Sativa tidak kalah apik dari sebelumnya dengan pembawaan cerita dan gerakan dari setiap pemainnya.

I Putu Diva Aditya mengatakan jika ini adalah pertama kalinya ia datang ke D’Youth Fest 3.0 dan menonton pertunjukan teater. Selama pertunjukan berlangsung, Diva merasa ikut terseret dalam cerita yang dipersembahkan masing-masing kelompok teater. 

Siswa SMK N 5 Denpasar ini ternyata tidak datang dengan sengaja, ia merupakan salah satu peserta lomba e-sport di D’Youth Fest 3.0. Waktu senggangnya setelah pertandingan digunakan untuk melihat pertunjukan teater. Ketertarikannya timbul saat melihat pamflet dari masing-masing kelompok teater.

“Seru sih tak kira bakal boring, ternyata lucu,” ujar Diva (20/10).

Beralih ke pertunjukan selanjutnya, kini saatnya Teater Bagol menunjukkan hasil karyanya. Mengangkat judul Graduation, Teater Bagol juga berhasil memeriahkan malam taman kota dan diakhiri dengan penampilan dari Teater Biru Jingga. Persembahan terakhir ini berjudul Vengeance dan menutup malam kemeriahan pertunjukan teater di hari pertama D’Youth Fest 3.0. 

Bersamaan dengan penutupan teater Biru Jingga, penonton memberikan teriakan dan tepuk tangan meriah sebagai akhir dari acara di theater area malam ini. Setelah beranjak, penonton mulai menuju pintu keluar untuk melanjutkan aktivitas masing-masing. Tidak lupa, beberapa orang mengabadikan momen malam ini dengan mengambil gambar dan video singkat.

Mencari Bibit Unggul di Skateboard Competition

Beralih ke seberang taman kota, terdapat aktivitas lain di belakang panggung utama D’Yoth Fest 3.0 sejak pukul 13.00 Wita. Acara ini merupakan kompetisi skateboard yang diikuti oleh lima puluhan peserta dari berbagai kalangan usia. Tidak hanya remaja, anak-anak sekolah dasar juga turut meramaikan acara ini dengan tingkat yang tersedia, yakni under dan beginner. Seluruh peserta skateboard menunjukkan kelihaiannya dalam kompetisi ini. 

Keseruan perhelatan setiap peserta berakhir dengan diumumkannya tiga juara dari masing-masing kategori. Untuk kategori beginner, kompetisi skateboard dimenangkan oleh Willy sebagai juara 1, Eben sebagai juara 2, dan  Dylon sebagai juara tiga. Dalam tingkat under, Dylon berhasil mengantongi juara 1, Banu sebagai juara 2, dan Daichi berhasil memperoleh juara tiga. 

Peserta Skateboard kategori beginner saat kompetisi sedang berlangsung

Perhitungan poin dalam penentuan juara dilakukan oleh tiga juri, salah satunya Ida Bagus Prasuta. Pria yang sudah menggeluti dunia skateboard sejak 1990-an ini merupakan ketua dari komunitas Persatuan Skateboarder Bali dan sudah menjadi juri sejak awal kompetisi. Bagi Prasuta, kegiatan skateboard ini bukan hanya sekadar kompetisi belaka, tetapi ada manfaat lain yang bisa didapatkan oleh setiap pesertanya.

“Mereka punya ajang khusus yang bisa memacu kegiatan mereka selama berkompetisi, jadi mereka bisa melatih mental, skill, dan sebagainya untuk meraih apa yang ingin mereka capai,” ungkap Prasuta (20/10).

Bagi Prasuta, kegiatan skateboard tidak lagi sebagai hobi belaka, tetapi menjadi celah prestasi bagi para penggelutnya karena timbulnya bibit-bibit unggul. Antusias peserta di tahun ini juga berbeda dari sebelumnya yang mana jumlah peserta meningkat. Tidak hanya itu, latar belakang peserta tahun ini juga beragam, tidak hanya dari Bali, ada juga peserta asing dari Finlandia dan Rusia. Melihat potensi yang ada, Prasuta berharap agar Denpasar bisa memiliki fasilitas yang semakin memadai untuk mengembangkan potensi dari bibit unggul yang nantinya bisa mengharumkan nama Bali.
“Jadinya lebih terarah dengan adanya fasilitas yang benar-benar memadai untuk menunjang kegiatan ini,” tutupnya. 

Media Release

Talkshow Mitigasi Kreatif : Memantik Geliat Ekonomi Kreatif di Kota Denpasar

Selain menjadi wadah untuk menyalurkan kreativitas bagi generasi muda, Dyouth turut memberikan ruang bagi UMKM untuk berkembang dan menjaga nyalanya melalui Talkshow Mitigasi Kreatif dengan narasumber yang kompeten di bidangnya. Talkshow ini diselenggarakan di Lapangan Lumintang dengan melibatkan pelaku-pelaku usaha tenant yang berpartisipasi dalam Denpasar Youth Festival dan sejumlah narasumber dari Bank Rakyat Indonesia (BRI), J&T Ekspres hingga Direktur Utama PT Dwi Jawara Digital. Talkshow Mitigasi Kreatif ini lahir dari keresahan-keresahan yang seringkali menghinggapi pelaku-pelaku usaha memantik pemerintah Kota Denpasar menyedikan keran-keran informasi terkait peta jalan yang dapat ditempuh dalam membangun usaha.

Sesi Talkshow Mitigasi Kreatif seputar membangun geliat ekonomi kreatif di Kota Denpasar yang bertempat di Panggung Youth Land (20/10)

Talkshow Mitigasi Kreatif ini membuka akses bagi pelaku-pelaku usaha di Denpasar dalam mengembangkan usahanya, sejalan dengan yang diungkapkan oleh Agung Eko Dhananjaya anggota Bkraft Denpasar. Agung menjelaskan Mitigasi kreatif adalah semacam coaching clinic atau talkshow yang memberikan informasi seputar membangun dan mengembangkan usaha kepada UMKM di Kota Denpasar. Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa Bkraft juga menyediakan program pendampingan kepada masyarakat pada saat akan membentuk usaha, pendampingan saat melaksanakan usaha sampai siap berusaha. “Ketika dia siap berusaha kita kenalkan, ada informasi lagi bagaimana cara akses modal, kemudian bagaimana tanggung jawab mereka terhadap negara melalui pajak.” ungkap Agung.

Talkshow Mitigasi Kreatif ini dihadiri oleh seluruh tenant yang berpartisipasi dalam helatan D’Youth Festival 2023

Keseriusan dalam membangun iklim ekonomi kreatif di Kota Denpasar terwujud dengan dicanangkannya kelas-kelas kepada pelaku UMKM. “Tahun 2023 ini akan ada kelas rutin setiap akhir sesi Bkraft akademi reguler. Mereka UMKM yang hadir di DNA akan kami berikan 4 kelas, setiap 3 bulan akan ada Talkshow Mitigasi Kreatif dan setiap bulan akan ada coaching clinic.

Pelaku usaha dan stakeholder terkait bahu membahu berkolaborasi membanggun iklim ekonomi kreatif Kota Denpasar

Lebih lanjut, Direktur utama PT Dwi Jawara Digital, Adi Sumerdita menyambut baik program mitigasi kreatif yang digaungkan Bkraft. “Adanya mitigasi kreatif ini naikin value dari UMKM, jadi dari Bkraft itu sebagai wadahnya pelaku industri kreatif. Mereka bisa ngasih pelatihan, mereka juga sekarang nyediain gimana cara mendapatkan pembiayaan karena biasanya dari UMKM itu kendalanya relasi, distribusi, sama pembiayaan.”

Sementara itu Ani salah seorang pelaku UMKM menyebutkan, ini sudah kali ketiga ia mengikuti Talkshow Kreatif. Wanita berusia 34 tahun tersebut mengatakan banyak impak positif yang ia terima setelah mengikuti talkshow, utamanya dalam pengembangan usahanya. “Manfaatnya sih banyak banget sebenarnya terus sangat positif banget ada masukan-masukan yang baru lagi untuk pengembangan usaha kita,” tandasnya.

20-10-23-Suasana Penonton (2) (2)
Media Release

Merawat Kreatifitas Lewat Sajian Musik Band Anyar hingga Legendaris

Merawat kesenian bermusik, panggung kreatifitas anak muda Kota Denpasar turut menghadirkan ruang – ruang berkreativitas bagi anak muda dalam menyalurkan minat dan bakat yang dimiliki melalui serangkaian mata acara di panggung Lapangan Lumintang. Band anyar hingga band band legendaris turut memeriahkan panggung Main Stage dan Mini Stage yang bertempat di lokasi yang sama.  Panggung dengan stage yang bernuansa bambu turut menemani alunan musik dari band anyar Ibukota Denpasar. Salah satunya Revival, band yang baru terbentuk di Bulan Agustus lalu ini turut memeriahkan panggung D’Youth Fest 3.0 tahun ini, “Kita sebenarnya band baru yang baru merintis, baru tahun ini di bulan agustus, seperti namanya ya ‘Revival’ yang berarti kebangkitan, kita munculnya di Bulan Agustus.” Ungkap Vokalis Revival.  

Panggung Mini Stage bernuansa bambu yang terletak di Lapangan Lumintang

Band anyar ini turut memberikan apresiasinya terhadap ruang – ruang bermusik yang diciptakan melalui sebuah panggung di D’Youth Fest tahun ini, “Makin open, makin ada wadahnya untuk berekspresi supaya anak muda gak kemana – mana, mungkin lebih ditingkatkan tiap beberapa bulan jadi tidak menunggunya beberapa tahun, harapannya makin banyak aja ya, kompetisi – kompetisi, umumnya paling banyak untuk anak – anak ya, jarang untuk umum” tutup Revival. Alunan musik lainnya juga turut mengisi panggung Mini Stage yang telah dimulai dari pukul 15.00 WITA tersebut antara lain, Twinklewounds, The Gats, The Effortless, De Bansos, Fluctus, Selotape, dan Pherona. 

Penampilan gitaris dari band anyar Twinklewounds di panggung mini stage pada hari pertama D’Youth Fest 3.0

Semarak hari pertama D’Youth Fest 3.0 tentu saja bermuara di panggung utama atau Main Stage. Menghadirkan musisi – musisi anyar seperti Aruma dan Meiska dengan genre pop bertema kehidupan masa muda  turut mengajak penonton hanyut dalam memori romansa khas anak remaja. 

Meiska sebagai musisi pendatang turut hadir memeriahkan Main Stage 

Hanyutan lagu romansa turut mewarnai lagu – lagu karya Leeyonk Sinatra, Yudi Dharmawan selaku vokalis Leeyonk Sinatra turut menyampaikan harapannya terkait pertumbuhan panggung kreatifitas di Kota Denpasar, “tahun ini outdoor ya, harapannya tahun selanjutnya dapat dikembangkan lagi supaya nantinya tumbuh stage – stage lainnya tidak hanya satu” ungkap Yudi, baginya panggung berkreativitas patut dirawat sehingga dapat terus ada dan  memberikan dampak berkelanjutan bagi perjalanan seni musik di Kota Denpasar. 

Penampilan duet Leeyonk Sinatra di salah satu lagu yang dibawakan ketika tampil di main stage D’Youth Fest 3.0

Panggung Main Stage kian pecah dengan sajian musik berbagai genre dari band legendaris lainnya seperti White Swan.  Antusiasme penonton makin terasa dikala lagu Rock n Roll Lady hingga lagu lainnya Overheat menggema di seluruh Lapangan Lumintang. Sorot lampu, dentuman musik, hingga alunan genre rock dari lagu turut membangkitkan suasa riuh penonton. 

Potret gitaris dan vokalis musisi White Swan yang memeriahkan panggung main stage 

Berlanjut, antusiasme tak surut dengan sajian musik Rebellion Rose yang bergenre pop hingga rock terdengar di panggung utama. Alunan musik keras dan suasana malam yang kian larut justru menambah semangat pengunjung untuk menikmati sajian di panggung musik di hari pertama D’Youth Fest 3.0.  

Rebellion Rose dengan membawa genre pop hingga rock turut mengguncang panggung main stage di hari pertaa D’Youth Fest 3.0

Serangkaian kegiatan di panggung Main Stage ditutup dengan dendangan musik koplo khas Barong Boys yang membawakan lagu – lagu hasil kreasi dari musisi – musisi Bali hingga tanah air. Mulai dari fortune cookies dari JKT 48, Puputan Badung karya XXX, hingga musisi Internasional berjudul Narco. 

Suasana penonton dikala musik dari band – band legendaris mulai terdengar di main stage

Alunan terompet lagu Narco turut menyatukan seluruh penonton untuk sama – sama merayakan ditutupnya panggung kreativitas anak muda Kota Denpasar di Main Stage hari pertama sekaligus dibukanya rangkaian acara D’Youth Fest 3.0 selama satu hari kedepan.

Media Release

Workshop Crochet : Merajut Kreativitas lewat Untaian Benang

Bangkitkan kembali seni rajut, D’Youth Festival 2023 sediakan kesempatan merajut melalui Workshop Crochet bersama Volen Artspace di Lapangan Lumintang Jumat (20/10)

Tangan perempuan-perempuan dengan jarum besar menari lihai, merajut benang-benang tebal berwarna warni. Tua muda, meretas batas usia mengenang kembali memori hangatnya rajutan nenek. D’Youth kali ini menyediakan ruang nostalgia sekaligus ruang berkreatifitas dengan menghadirkan Volen Artspace bekerja sama dengan BeCraft untuk menarik minat generasi muda menggeluti crochet atau seni rajut.

Workshop Crochet yang dihadiri peserta dari lintas generasi mulai dari anak – anak hingga orang dewasa di panggung kreativitas Youth Land 

Esmeralda dari Volen Artspace yang mengisi kegiatan Workhop Crochet serta mendampingi peserta pada sesi praktikal mengungkapkan kecintaannya pada seni rajut bermula dari sering melihat neneknya merajut. Kecintaan itu tumbuh hingga saat ini, ia menyebut produk rajut dapat masuk ke banyak segmen dan diminati banyak orang. Namun, ia menyayangkan minat generasi saat ini untuk menekuni dunia seni rajut justru tidak banyak.  “Sebenarnya dari kecil itu nenek saya suka banget ngerajut, tapi anak muda kayaknya nggak ada yang  mau belajar rajut karena kayanya kesannya kuno.” tutur Esmeralda (20/10). 

Esmeralda sebagai perwakilan dari Komunitas Volen Art Space memberikan pelatihan kepada peserta yang ingin belajar membuat kerajinan rajut. 

Sebab itu, Esmeralda dengan Volen Artspace berusaha membangkitkan  lagi minat terhadap seni rajut, salah satunya melalui Workshop Crochet yang diadakan di lapangan Lumintang, Denpasar. Pada kegiatan tersebut terlihat peserta berasal dari lintas generasi, salah satunya Yohana wanita yang menginjak kepala lima ini terlihat antusias belajar merajut. ”Umur kan nggak menentukan kapan kita bisa belajar,” ucapnya bersemangat.

Peserta dari lintas generasi antusias mengikuti workshop dan praktikal crochet dalam rangkaian helatan D’Youth Festival 2023.

Sementara itu, Gek Win gadis berusia 15 tahun terlihat mahir meski baru pertama kali belajar merajut, ia mengaku tertarik setelah menonton video crochet di media sosial. Dengan wajah berseri Gek Win menyampaikan kesannya setelah mengikuti praktikal crochet oleh Volen Artspace, “senang banget,baru pertama kali ikut tapi udah belajar sejauh ini, belajar dasar-dasar juga.”  ungkapnya sekaligus menutup wawancara di Panggung 

20232010_Film Festival_Suasana Festival (1)
Media Release

Makin Dekat Film Festival hingga Youth Park Amphitheater: Memperkuat Ekosistem dalam Kancah Perfilman Bali

Film – Suasana panggung Makin Dekat Film Festival dikala pemutaran film, tampak pengunjung
yang duduk menikmati sajian film melalui layar proyektor.

Geliat pertumbuhan film di Bali kian mengalami gejolak seiring dengan perkembangan teknologi, hal ini tampak dari lahirnya berbagai gagasan menarik dari segi visual maupun konsep yang mengalami perubahan dari tahun ke tahunnya. Salah satunya melalui pemutaran film di panggung Makin Dekat Film Festival yang berlokasi di Taman Kota, cetusan unik ala Bali tempo dulu dikemas menjadi sebuah dokumenter yang mengajak pengunjung untuk bernostalgia dengan perfilman khas masa lampau.

Dalam perhelatan Makin Dekat Film Festival pada D’Youth Fet 3.0, Arsip Bali 1928 menghadirkan suguhan film dokumenter Bali era tahun 1930-an. Film dokumenter yang ditayangkan pada perhelatan D’Youth Fest 3.0 merupakan film bisu yang dibuat oleh Colin McPhee. Film ini bercerita mengenai lingkungan alam dan masyarakat di Bali tahun 1930-an dari berbagai aspek budaya, tradisi, hingga kehidupan sehari-hari.


Arsip Bali 1928 merupakan kolaborasi internasional yang memadupadankan berbagai pusat arsip di dunia untuk memulangkan arsip-arsip, seperti film, foto, dan dokumen bersejarah yang berkaitan dengan Bali pada masa 1928-an. Koordinator Proyek Arsip Bali 1928, Marlowe Bandem merintis pendirian Arsip Bali 1928 memiliki tujuan dalam repatriasi, restorasi, dan penyebaran dokumen bersejarah Bali pada masa 1930-an yang tersimpan di luar negeri.

Cetusan Arsip Bali 1928 menjadi catatan yang tak ternilai bagi perjalanan budaya dan kehidupan masyarakat Bali. Banyak kalangan masyarakat Bali yang ingin mengingat kembali suasana dan kondisi masyarakat atau kultur budaya Bali tempo dahulu. Hingga saat ini, Arsip Bali 1928 telah mengembalikan sebanyak 111 rekaman berupa film maupun audio terkait seni budaya Bali yang tersimpan di luar negeri. “Karya-karya lain yang juga dipulangkan berupa rekaman gamelan dan tembang sebanyak 111, ragam cuplikan Bali 1930 dengan durasi selama 15 jam, dan 75 foto cetak yang telah direproduksi,” ujar Marlowe Bandem, Jumat (20/10).


Selain dokumenter Bali era 1928-an, Makin Dekat Film Festival turut menyuguhkan konsep film yang diadaptasi dari kehidupan masyarakat Bali yang digagas oleh Searah Creative Hub. Sebuah kelompok yang terbentuk dari keresahan akan minimnya kesadaran industri kreatif di Bali khususnya dalam bidang perfilman. Menurut penuturan Ketua Komunitas Searah Creative Hub, Dodek Sukahet, Searah Creative Hub dapat menjadi wadah bagi para penggiat film di Bali untuk mengembangkan kreativitas dan daya saing dalam kancah perfilman.

Talkshow – Sesi talkshow bersama ketua komunitas Searah Creative Hub di panggung Makin Dekat
Film Festival

Dodek Sukahet selaku Ketua Komunitas Searah Creative Hub menuturkan tujuan pembentukan komunitas tersebut, “Searah Creative Hub dibentuk untuk menumbuhkan ekosistem film di Bali agar keberadaannya dapat lebih diperhitungkan,” ujar Dodek pada wawancara di Makin Dekat Film Festival (20/10).


Sebagai pemantik, pada perhelatan Makin Dekat Film Festival ini, Searah Creative Hub
membawakan dua film unggulannya dengan tajuk Mejaguran yang telah melanglang buana dalam ajang Festival Film Bulanan. Film Mejaguran menjadi garapan yang bernuansa laga, “Film Mejaguran ini timbul sebagai pemantik karena kami terfokus pada action scene dengan sedikit kiasan komedi yang mana dari segi cerita digagas dari keberadaan ‘ormas’ di Denpasar yang kian mencuat,” ungkap Sutradara film Mejaguran, Herda Martin, Jumat (20/10).


Film sukses lainnya yang turut dibawa yaitu How Does It Sound? yang berhasil menembus 26 besar dalam ajang Festival Film Indonesia. Berbeda dengan Mejaguran, film “How Does It Sound ?” mengangkat isu-isu yang ada di Bali, salah satunya adalah tragedi bom Bali. “Kami ingin menggagas sebuah film mengenai isu-isu yang ada di Bali, tetapi tanpa menyinggung dan membuka kembali perasaan korban penyintas bom Bali tersebut,’ ujar Herman selaku Produser film. Searah Creative Hub saat ini telah memiliki 6 film garapan dengan berbagai latar suasana serta genre yang berbeda – beda, yakni Pojok Penantian, Back to The Beat, Back to The Star, How Does It Sound?, Kacang Dari, Lobus, dan Mejaguran.


Berlanjut ke gedung DNA, penggiat perfilman turut meramaikan panggung Denpasar Documentary Film Festival (DDFF) di pelaksanaan D’Youth Fest 3.0 tahun ini. Anak Agung Gede Rai Putra Bawantara selaku inisiator Denpasar Documentary Film Festival turut menjelaskan bahwa ini merupakan penyelenggaraan DDFF yang ke-14, yang sekarang digabung dengan pelaksanaan Dyouth Festival, juga dengan salah satu acaranya, yakni Makin Dekat Film Festival.


DDFF menjadi salah satu ajang film dokumenter yang disokong oleh Pemerintah Kota Denpasar untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap film dokumenter dengan cakupan edukasi, apresiasi, kompetisi, literasi, dan eksibisi, untuk peserta dari seluruh Indonesia. Bawantara menjelaskan mengenai salah satu tujuan timnya membangun DDFF, “Film dokumenter itu utamanya adalah media yang bisa merekam, situasi di sebuah zaman secara autentik, sehingga 14 tahun yang lalu kami menyelenggarakan itu untuk bagaimana mengabadikan apakah itu situasi, gagasan, pikiran, supaya kita punya arsip yang autentik tentang hal itu,’ jelasnya saat wawancara pada Jumat (20/10).


Sejak tahun 2013, DDFF menjadi ajang kompetisi film dokumenter tingkat SMP dan SMA/SMK yang diselenggarakan oleh Organisasi Kota-kota Pusaka Dunia (OWHC). Penikmat film yang ditayangkan oleh DDFF pun datang didominasi oleh kalangan anak muda tampak masih menduduki bangku sekolah.

Pengunjung – Suasana di luar panggung Community Area di Gedung Dharma Negara Alaya

Kali ini, DDFF 2023 membagi acara menjadi dua sesi, dimana pada sesi pertama dihadiri oleh sekitar 88 pengunjung yang dimulai pada pukul 17.30 Wita dan sesi kedua dihadiri oleh sekitar 90 pengunjung yang dimulai sekitar pukul 19.30 Wita. Setiap sesi akan diputarkan enam film dokumenter berbeda. Pada sesi satu, pemutaran film pertama dimulai dengan film Nguri Uri yang membawakan tentang Kirab Budaya Boyong Oyod Genggong yang di adakan di Desa Kalilunjar. Dilanjutkan dengan pemutaran film dokumenter Sang Punggawa Laut Sumbawa, Penjor, Memorie of Moluca, Pejuang Jarkapung, dan ditutup dengan film yang mengisahkan budaya unik di salah satu Desa di Karangasem, yakni berjudul Darah Bali Aga.

Pemutaran Film Dokumenter berjudul Penjor pada acara Denpasar Documentary Film Festival

Berlanjut di sesi dua, film dokumenter yang diputarkan tidak kalah menarik dengan sesi awal.
Dimulai dengan pemutaran film Lahbako, lalu Story Bus Scalper, Ludruk Dahulu Kini dan Nanti, Topeng Dalang Klaten, Wullu Poddu dan Padi, hingga terakhir ditutup dengan pemutaran film dokumenter Rahasia Fixer. DDFF ini juga dihadiri oleh Ibu Halida selaku produser film Darah Bali Aga dan Rahasia Fixer. Tak hanya itu, produser film dari Prancisjuga turut hadir, yakni Mr. Hendry.

Mr.Hendry sebagai salah satu produser film yang turut hadir dalam acara Denpasar Documentary
Film Festival pada saat sesi tanya jawab

Pagelaran film mulai dari panggung Makin Dekat Film Festival hingga Community Area dalam D’Youth Fest 3.0 harapannya akan membuka peluang bagi masyarakat yang ingin mengulik lebih dalam mengenai dunia perfilman khususnya yang berkembang di Pulau Bali. Tak hanya hadir dengan konsep yang menarik, ekosistem yang kian diperbarui dalam kancah perfilman tentu menjadi potensi utama yang dapat mendukung daya saing perfilman masa kini.