20231020_Main Stage_Semarak Penonton (1)
Media Release

D’Youth Fest 3.0 Usai Digelar, Generasi Muda Kota Denpasar Sampaikan Terimakasih dan Harapan agar Digelar Kembali Tahun Depan

Sebuah gelaran festival bernuansa anak muda terselenggara tepat di creative hub Kota Denpasar, Lapangan Lumintang turut menjadi saksi perayaan D’Youth Fest 3.0 yang telah mencapai puncak acara. Ragam kegiatan yang terbagi dengan baik kedalam 8 segmen pemanggungan turut dipadati ribuan pengunjung, stand UMKM mulai dari tenant hingga food truck nampak membuat antrian cukup panjang.. Pos penjualan tiket yang nampak tak sepi mulai dari pagi hingga malam, menyiratkan antusias masyarakat yang mencapai total pengunjung 14.236 selama dua hari penyelenggaraan. Seluruh masyarakat nampak antusias menapaki ragam mata acara yang disajikan pun juga ingin berkenalan dengan ragam hasil karya komunitas kreatif yang membangkitkan kreativitas dalam diri. 

Suasana pengunjung yang tampak ramai menanti pementasan di mulai pada hari kedua D’Youth Fest 3.0

Mulai dari merasakan otentiknya seni cetak fotografi tertua di dunia, hingga membuka wawasan melalui pendekatan screening film, membuat mini vlog, hingga talkshow block chain.  Pangging community area hingga Makin Dekat Film Festival,  menjadi sebuah kesempatan bagi  anak muda untuk menampilkan hasil karya melalui sebuah seni audiovisual dengan sajian yang menggugah edukasi, apresiasi, kompetisi, literasi melalui sebuah eksibisi film.

 Anak Agung Gede Rai Putra Bawantara selaku inisiator Denpasar Documentary Film Festival (DDFF) yang mengisi ruang perfilman di festival ini turut memberikan tanggapannya akan ruang kreativitas yang disajikan oleh D’Youth Fest 3.0, “Pagelaran D’Youth Fest 3.0 harapannya akan membuka peluang bagi masyarakat yang ingin mengulik lebih dalam mengenai dunia perfilman khususnya di Pulau Bali” ungkap Bawantara. 

Suasana pengunjung yang sedang menikmati pemutaran Film Mesatya di Panggung Makin Dekat Film Festival 

Berlanjut ke panggung Festival Teater Remaja Masa Kini yang tak kalah padat dengan panggung lainnya, antusiasme remaja di Kota Denpasar yang tergabung ke dalam komunitas teater, mulai dari tingkat sekolah menengah hingga perguruan tinggi, turut bergabung dan berkolaborasi menciptakan panggung seni peran yang elok di Taman Kota, penonton pementasan mulai dari anak – anak hingga orang tua pun turut terhibur dan nampak satu persatu mengisi ruang lengang yang tersisa di lapangan untuk dapat menikmati sajian pementasan dari 8  komunitas  teater yang tersebar di seluruh Kota Denpasar. 

Suasana pengunjung yang sedang menikmati pemutaran Film Mesatya di Panggung Makin Dekat Film Festival 

Benny Dipo selaku event director Festival Remaja Masa Kini menyampaikan bagaimana D’Youth Fest 3.0 menjadi kesempatan yang baik bagi komunitas – komunitas teater di Denpasar untuk mengepakkan sayap ke kancah yang lebih luas, “kami mengucapkan terima kasih kepada pemerintah karena telah mewadahi kreativitas anak muda terutama di bidang seni pertunjukan, saya berharap di tahun depan akan ada D’Youth Fest 4.0, D’Youth Fest 5.0, yang bisa mewadahi kembali, mungkin bisa lebih dari dua hari ya, mungkin bisa tiga atau bahkan satu pekan, atau bahkan sebulan” ungkap Benny yang juga bagian dari Komunitas Teater Kini Berseri yang turut tampil di panggung teater D’Youth Fest hari kedua. 

Masih di tempat yang sama, panggung kreativitas E-Sport Indonesia (ESI) Denpasar, juga diisi oleh pengunjung yang memiliki minat dan bakat di bidang E-Sport, Andra salah satu peserta kompetisi E-Sport dari SMA Negeri 11 Denpasar merasa senang dengan adanya penyediaan ruang bagi anak muda terkhusus minat di bidang E-Sport, “Seru, bisa masuk semifinal disini, tentu aja kegiatan ini bermanfaat bagi kami karena dapet pengalaman baru, membangun chemistry dengan tim, dan dapet cuan buat bekel diri sendiri” antusias Andra menceritakan pengalamannya mengikuti ajang di D’Youth Fest 3.0 tahun ini. 

Peserta yang sedang berlaga di kompetisi E-Sport di panggung ESI Denpasar pada hari kedua D’Youth Fest 3.0

Berpindah ke Lapangan Lumintang sebagai pusat utama panggung, komunitas kreatif dan berkumpulnya puluhan UMKM yang tersebar di Kota Denpasar menjadi saksi antusias masyarakat akan pagelaran seni kreatif karya anak muda. Sebanyak lebih dari 61 Komunitas tergabung ke dalam perayaan festival anak muda di Kota Denpasar kali ini.  melalui panggung Youth Land, komunitas dan masyarakat turut bertemu untuk bertukar pendapat, berbagi ilmu melalui serangkaian talkshow hingga workshop. 

Proses merajut benang di Workshop Crochet yang terselenggara di Panggung Youth Land 

 Tak hanya dirasakan oleh pemilik komunitas,  namun penyelenggaraan  D’Youth Fest 3.0 juga memberikan dampak bagi mereka yang mengikuti kegiatan, contohnya Nisma, yang merupakan salah satu dari peserta workshop Makrame yang berawal dari penasaran, “Sangat menyenangkan dapat pengetahuan baru, tentu bisa bantu UMKM yang berjualan juga dengan belanja” ungkapnya.

Peserta Workshop Makrame yang menunjukkan hasil makramenya pada hari kedua D’Youth Fest 3.0 di Youth Land 

 Komunitas kreatif lainnya yang turut bergabung yaitu Komunitas Toekang Cukur Bali, yang mewadahi pemuda kreatif lokal Bali yang bergelut di dunia tukang cukur dengan menggelar Talkshow Barberbagi: Sharing Barber Community, bagi Yogeswara Chandra selaku wakil dari komunitas, turut menyampaikan panggung yang diberikan tidak memberikan manfaat kepada komunitas namun juga kepada peserta yang hadir yang ingin belajar. 

Sesi Talkshow Barberbagi yang diselenggarakan di Youth Land 

Kreativitas lainnya turut diwadahi dalam pelaksanaan D’Youth Fest tahun ini melalui panggung bermusik, salah satunya Mini Stage. 15 musisi anyar tergabung selama dua hari untuk menyajikan karya terbaik mereka kepada pengunjung yang hadir. Panggung Mini Stage di hari kedua pun tak henti menampilkan komunitas kreatif mulai dari kompetisi panco oleh komunitas ISFP, penampilan cosplay melalui acara coswalk competition, hingga berdendang dengan musik dari band The Rog hingga Little Isekai. 

Penampilan Band Moondial di panggung Mini Stage 

Revival sebagai salah satu band yang baru terbentuk turut menyampaikan apresiasinya terhadap panggung D’Youth Fest 3.0 kali ini, “tentu saja kami sudah bagus sekali panggung kali ini, harapannya makin open jadi anak muda punya wadah untuk berekspresi, mungkin lebih ditambah waktu pelaksanaannya, atau penyelenggaraannya bisa tiap bulan” ungkap Revival. 

Revival sebagai salah satu band anyar turut mengisi kemeriahan panggung Mini Stage di Lapangan Lumintang 

Kesempatan tidak hanya kepada komunitas, tetapi juga UMKM yang tergabung di dalamnya. Lebih dari 40an UMKM turut merasakan dampak dari penyelenggaraan D’Youth Fest tahun ini, salah satunya disampaikan oleh Putu Wahyu Saputra selaku pemilik usaha Ayam Bakarku, “tahun ini dyouth fest keren banget, jadi banyak banget membantu UMKM khususnya ayam bakarku yang lagi mau berkembang melalui open space secara gratis, dan juga melalui kegiatan ini UMKM terbantu  branding sehingga nantinya bisa bersaing dengan brand luar” ungkap Putu. 

Pelaksanaan D’Youth Fest 3.0 yang harapannya dapat membawa perputaran ekonomi kreatif di Kota Denpasar turut dibuktikan melalui akumulasi data dampak ekonomi dalam 1 bulan penyelenggaraan  mulai dari pre-event, main event, hingga post-event, yang mencapai 1,02 Miliar. Menjadi sebuah kesempatan bagi pengadaan D’Youth Fest tahun berikutnya untuk harapannya kembali hadir dengan konsep dan ragam mata acara yang lebih meriah, tentu dengan jangkauan  kolaborasi yang leih luas lagi. 

Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, S.E. mengunjungi stand UMKM di Lapangan Lumintang 

Suasana di penghujung acara D’Youth Fest 3.0 hari kedua,  kian meriah dikala ribuan masyarakat nampak memadati panggung Main Stage, mulai dari Naviculla, Lolot, hingga Superman Is Dead (SID) iringan musik legendaris turut menarik pengunjung untuk berkumpul dan merayakan panggung terakhir D’Youth Fest tahun ini. vokalis Naviculla, Gede Robi turut menimpali bahwa sebagai kota kreatif, Denpasar beruntung memiliki perhelatan D’Youth Fest ini. “D’Youth merupakan wadah bagi para pelaku industri kreatif untuk mengembangkan potensi dan daya saing ekonomi sehingga dapat dikatakan pula bahwa D’Youth ini merupakan ruang ekspresi agar interaksi senantiasa terjalin terutama dalam ruang lingkup Kota Denpasar,” ucap Robi Navicula ketika ditemui di Back Stage. 

Penampilan Band Naviculla di Main Stage pada hari kedua D’Youth Fest 3.0 

Penyelenggaraan D’Youth Fest 3.0 menjadi sebuah perayaan dan bentuk apresiasi terhadap anak muda yang telah mendorong stimulus kreativitas melalui pembentukan komunitas – komunitas kreatif. Pelaksanaan selama dua hari harapannya akan terus ditingkatkan agar dapat mewadahi kreativitas tanpa batas yang diciptakan untuk anak muda penggagas perubahan, dan tentu saja keberhasilan D’Youth Fest menjadi sebuah awalan untuk konsisten berkolaborasi bersama komunitas, sehingga seterusnya dapat menghasilkan karya yang dapat dibagikan kepada khalayak luas. 

20231021_Pemutaran Film Mesatya (1)
Media Release

Makin Dekat Film Festival : Ajaibnya Sinema Merekonstruksi Realita

Pemutaran film Mesatya Telusur Puputan Badung pada helatan Semakin Dekat Film Festival di Taman Kota Denpasar Sabtu (21/10)

Dibuka dengan workshop cyanotype yang mengajak pengunjung merasakan otentiknya seni cetak fotografi tertua di dunia. Makin Dekat Film Festival hadir dengan konsep segar yang membuka wawasan pengunjung tentang ekosistem perfilman melalui berbagai pendekatan mulai dari screening, mengupas cara membuat mini vlog hingga talk show crypto dan blockchain. Bertempat di Taman Kota Denpasar, kegiatan ini turut mengambil bagian dari ruang kreatifitas yang disediakan D’Youth Festival 2023. 

Workshop mini vlog oleh Ayu Tia Staff Tim Kreatif Dharma Negara Alaya berlangsung interaktif.

Besarnya potensi sumber daya saat ini mendukung tumbuhnya industri kreatif, salah satu yang paling potensial adalah industri perfilman. Putu Lengkong Yuliarta Ketua Pelaksana Harian Bkraft Kota Denpasar menyebut, Makin Dekat Film Festival dicanangkan dapat mendekatkan semua aspek industri kreatif dimana film sebagai konektor antar aspek seperti komunitas dan subsektor kreatif lainnya. Ia menyebut di tahun pertamanya Makin Dekat Film Festival mengangkat dua karya seni audiovisual dengan nafas serupa yaitu Bali 1928 dan Mesatya Telusur Puputan Badung yang mengusung tema Bali masa lampau sebagai tayangan utama. 

Sesi diskusi pemutaran Film Mesatya Telusur Puputan Badung

Film Mesatya merupakan sebuah rekonstruksi peristiwa sejarah yang dikemas dalam alur penceritaan yang tidak biasa, mengambil sudut pandang proses seorang fotografer dalam mengabadikan peristiwa-peristiwa masa lampau. Duet Gung Ama dan Rai Pendet memantik antusias masyarakat pada screening film Mesatya Telusur Puputan Badung. Dengan berseri Gung Ama menarik ingatannya kembali sebelum film ini akhirnya tercipta. “Saya sebelumnya sedang menekuni alternatif fotografi. Saya mengambil Bali era 1930, saya ingin mempelajari kesejarahan Bali, belajar tentang nilai.” 

Selain itu, Semakin Dekat Film Festival berupaya menyentuh masyarakat dengan banyak pendekatan yang dikomunikasikan melalui film. Tidak hanya mengusung film dengan nuansa Bali masa lampau, Makin Dekat Film Festival juga menyajikan realitas masyarakat saat ini, realitas tersebut digambarkan melalui tayangan Movie on Blockchain. “Jadi dalam makin dekat ini ada musik, kemudian kayak sekarang ini ada blockchain karena memang ada Movie on Blockchain. Ada filmnya, bagaimana blockchain sudah merambah film “Hadir dengan berbagai isu yang digemakan melalui seni audiovisual. Makin Dekat Film Festival mengkolaborasikan banyak aspek dalam helatanya kali ini. Mulai dari sejarah hingga realitas modernisasi dikemas menjadi sebuah rangkaian kegiatan yang menarik dan kaya.

“Disinilah sisi industri kreatif itu berbicara bahwa bali masa lampau, culture apapun ketika dia dikemas dengan teknologi pendekatan masa kini itu menjadi hal yang menarik.” tandas Putu lengkong.

20231021_MiniStage_Moondial (1)
Media Release

Menikmati Ragam Aktivitas Anyar di Panggung Mini Stage

Penampilan band Moondial di mini stage Lapangan Lumintang (21/10)

Malam minggu Kota Denpasar dimeriahkan dengan puncak kegiatan D’Youth Fest 3.0. Sejak siang tadi, berbagai kegiatan komunitas dan kelompok dilaksanakan, salah satunya oleh Indonesian Strong Puller’s Federation (ISPF) Bali yang diketuai oleh Tomi Suryawardani. Turnamen adu kekuatan tangan atau yang dikenal dengan panco menjadi sorotan di mini stage Lapangan Lumintang Denpasar. Tidak ada penghalang yang berarti baik bagi peserta maupun penyelenggara turnamen ini, termasuk terik matahari yang menyengat. Mereka menganggap seakan panas yang menyentuh tubuh adalah aliran penyemangat untuk bisa menjadi pemenang turnamen panco.

Siang ini, puluhan peserta telah siap dengan kekuatan masing-masing. Perawakan yang kekar dengan guratan nadi yang timbul membuat kepercayaan diri peserta semakin bertambah. Sebelum resmi bertanding, peserta sudah terbagi menjadi beberapa kategori, yakni kelas 65 kilogram, 75 kilogram, 85 kilogram, dan lebih dari 85 kilogram. Mereka yang mendaftar pertandingan panco tidak hanya berasal dari anggota komunitas Bali, melainkan tersebar di beberapa wilayah Indonesia seperti Kalimantan, Surabaya, dan Sidoarjo. 

Adu kekuatan ini juga menarik minat pelancong barat untuk ikut bermain. Meski tidak terdaftar sebagai peserta, bule ini bisa mengikuti sesi latihan bersama pemain lainnya. Pertandingan sengit ini tidak sampai memicu amarah dari peserta justru mereka saling menunjukkan senyuman hangat dan merangkul satu sama lain.

Suasana sesi latihan adu panco antara bule dengan peserta yang dihiasi senyuman keakraban (21/10)

Selain itu, I  Wayan Satya Karuna ketua ISPF Denpasar juga turut andil dalam kompetisi ini sebagai peserta kategori 85 kilogram. Baginya, keberadaan panco saat ini masih kurang terlihat di kalangan masyarakat sehingga perlu diperlihatkan lagi. 

“Saya ingin menampilkan jika panco itu ada karena kurang terekspos padahal sudah ada dari tahun 2017,” ungkap Satya saat diwawancarai pada (21/10). 

Semangat Satya dan rekan-rekannya dalam mengenalkan panco serasa didukung oleh alam setelah mendapatkan kesempatan untuk menguasai panggung mini stage pertama kali di hari puncak D’Youth Fest 3.0. Meski berlangsung hanya beberapa jam, pria ini berharap agar masyarakat khususnya generasi muda bisa mengenal panco lebih dalam. 

Beberapa jam yang sangat sengit ditemani terik matahari dan sorak sorai penonton diakhiri dengan pengumuman juara. Kategori Lightweight (-65 kilogram) dimenangkan oleh I Ketut Budi Astawa (juara 1), Leonardo Prasetyo (juara 2), dan I Wayan Basma Wiguna (juara 3). Selanjutnya, Deloris Prima, Samiaji, serta I Made Tegar Oman menyusul naik ke atas panggung sebagai pemenang kategori Middleweight (-75 kilogram). Pengumuman dilanjutkan dengan pemanggilan pemenang kategori Middleweight (-85 kilogram), yaitu Wayan Setya, Kadek Ari Budiawan, dan I Gede Agus Gunawan. Sesi adu panco ini berakhir dengan pengumuman juara kategori Heavyweight (+85 kilogram) yang dimenangkan oleh Sumo (juara 1), Ketut Berlian Adi (juara 2), dan Ngurah Gede Sudarma (juara 3).

Situasi dokumentasi seluruh peserta dan penyelenggara adu panco di mini stage (21/10)

Terasa tanpa jeda, panggung mini stage kembali dikuasai oleh sekumpulan band anyar setelah sesi dokumentasi adu panco berakhir. Persiapan singkat dilakukan sebelum tampil menggelegar di atas panggung. Ditemani oleh senja, penampilan diawali oleh The Rog lalu dilanjutkan oleh Casteria dengan keseluruhan lagu yang dibawakan berhasil membakar semangat penontonnya. Grup Casteria yang terbentuk sejak 23 Oktober 2020 ini beranggotakan I gusti Agung Putra Handayana (vocal), I Kadek Ade Suaryadnya (bassist), Cok Gede Mega Putra (keyboard), dan Bagus Gelonk (drummer). 

Penampilan perdana band ini di mini stage D’Youth Fest 3.0 semakin meriah dengan lima lagu yang dibawakan, yakni Cause I’m Moving On, Boomerang pelangi, ABCD, Bagindas “Empat Mata”, dan Tresna Mepalasan. Awalnya, kumpulan alumnus Magister Kenotariatan  Universitas Warmadewa membentuk Casteria untuk berkarya sebelum menjadi notaris.

“Sambil menunggu (menjadi notaris), tidak ada salahnya kita berkarya dengan membuat band,” terang Putra pada Sabtu (21/10).

Inisiasi band Casteria ternyata bukan hanya keisengan semata. Nyatanya hingga saat ini dua album sudah dilahirkan dan bisa dinikmati di seluruh platform musik digital. Menurut Putra dan timnya, menguasai panggung mini stage di sore hari ini bagaikan kesempatan emas untuk bisa berkarya.

Selain Castaria, band Moondial, Forgood, Superfine, Roaddish, dan Little Isekai juga turut meramaikan panggung mini stage setelah penampilan coswalk. Sama seperti para penampil lainnya, band Roaddish yang beranggotakan Budi (vocal), Agus dur (drummer), Gusputra (bassist), dan Rahadian (guitarist) ini baru pertama kali merasakan panggung D’Youth Fest 3.0. Mereka menggunakan waktu senja ini sebaik mungkin dengan membawakan lima lagu berbeda.

Band Roaddhis saat membawakan lagu di panggung mini stage (21/10)

Nyatanya, panggung mini stage hari ini tidak hanya diisi oleh penampilan musik saja. Di sela-sela waktu penampilan band, ada penampilan unik yang menyita mata pengunjung. Kali ini, penampilan yang dibawakan bukan tentang suara ataupun adu kekuatan tangan melainkan adu gaya. Seperti namanya, kontes coswalk diikuti oleh puluhan remaja yang datang dengan kostum unik. Mulai dari kostum pahlawan, anime, hingga kostum hantu, peserta melenggang elok selama satu menit untuk menarik perhatian juri. 

Sebagian peserta Coswalk saat dokumentasi bersama sebelum pengumuman juara 

Ken Kazuto selaku juri coswalk membuka acara dengan kostum pahlawannya. Ditemani oleh Hara Darika dari Komunitas Cosplay, Ken melakukan penilaian terhadap seluruh peserta sore ini. Mereka yang dipanggil langsung melenggang menunjukkan pesona sebanyak dua kali putaran. Persiapan selama kurang lebih dua bulan ini menghasilkan keputusan untuk memberikan penambahan poin terhadap peserta yang mengangkat tema nusantara.

Coswalk sendiri memiliki tambahan penilaian pada kostum yang berbau nusantara, original character dari Indonesia maupun dari superhero Indonesia. Jadi yang pastinya sekitaran nusantara temanya,” ungkap Ken (21/10).

Bagi Ken, banyak manfaat yang bisa dipelajari dalam acara ini, salah satunya menambah sisi kreativitas, memupuk rasa percaya diri, dan bisa perform di atas panggung seperti penghayatan karakter. 

“Bukan hanya sekadar suka, tetapi bagaimana cara kita memerankannya,” tutupnya. 

Salah satu penampilan unik yang dibawakan oleh peserta yakni bertemakan horor. Berjalan dengan menyeret salah satu kaki, Anzi berhasil menghayati peran di film DreadOut. Menggunakan pakaian pocong dihiasi darah dan borok di wajah lengkap dengan celurit, siswa SMK 1 Denpasar ini memukau mata pengunjung. Peragaan perdananya di D’Youth Festival 3.0 dilatarbelakangi oleh perayaan halloween yang akan datang sebentar lagi. Siapa sangka, mulai dari make up dan darah pakaian dari cat akrilik semuanya disiapkan sendiri oleh Anzi. 

“Sudah sering cosplay, make up nya sejam tadi,” kata Anzi (21/10).

Selama akumulasi penilaian dilakukan, panggung mini stage kembali diisi oleh penampilan band hingga pukul 19.00 Wita. Saat yang dinanti-nanti oleh Anzi dan peserta lainnya kini sudah di depan mata. Pengumuman pemenang coswalk di tahun ini dibacakan oleh Ken dan ditemani oleh Hara. Juara tiga dimenangkan oleh Kusma (Tobirama) disusul oleh Anzi (Pocong Warrior) dan Kaze deyra (Sri Asih) sebagai juara satu.