20-10-23-Suasana Penonton (2) (2)
Media Release

Merawat Kreatifitas Lewat Sajian Musik Band Anyar hingga Legendaris

Merawat kesenian bermusik, panggung kreatifitas anak muda Kota Denpasar turut menghadirkan ruang – ruang berkreativitas bagi anak muda dalam menyalurkan minat dan bakat yang dimiliki melalui serangkaian mata acara di panggung Lapangan Lumintang. Band anyar hingga band band legendaris turut memeriahkan panggung Main Stage dan Mini Stage yang bertempat di lokasi yang sama.  Panggung dengan stage yang bernuansa bambu turut menemani alunan musik dari band anyar Ibukota Denpasar. Salah satunya Revival, band yang baru terbentuk di Bulan Agustus lalu ini turut memeriahkan panggung D’Youth Fest 3.0 tahun ini, “Kita sebenarnya band baru yang baru merintis, baru tahun ini di bulan agustus, seperti namanya ya ‘Revival’ yang berarti kebangkitan, kita munculnya di Bulan Agustus.” Ungkap Vokalis Revival.  

Panggung Mini Stage bernuansa bambu yang terletak di Lapangan Lumintang

Band anyar ini turut memberikan apresiasinya terhadap ruang – ruang bermusik yang diciptakan melalui sebuah panggung di D’Youth Fest tahun ini, “Makin open, makin ada wadahnya untuk berekspresi supaya anak muda gak kemana – mana, mungkin lebih ditingkatkan tiap beberapa bulan jadi tidak menunggunya beberapa tahun, harapannya makin banyak aja ya, kompetisi – kompetisi, umumnya paling banyak untuk anak – anak ya, jarang untuk umum” tutup Revival. Alunan musik lainnya juga turut mengisi panggung Mini Stage yang telah dimulai dari pukul 15.00 WITA tersebut antara lain, Twinklewounds, The Gats, The Effortless, De Bansos, Fluctus, Selotape, dan Pherona. 

Penampilan gitaris dari band anyar Twinklewounds di panggung mini stage pada hari pertama D’Youth Fest 3.0

Semarak hari pertama D’Youth Fest 3.0 tentu saja bermuara di panggung utama atau Main Stage. Menghadirkan musisi – musisi anyar seperti Aruma dan Meiska dengan genre pop bertema kehidupan masa muda  turut mengajak penonton hanyut dalam memori romansa khas anak remaja. 

Meiska sebagai musisi pendatang turut hadir memeriahkan Main Stage 

Hanyutan lagu romansa turut mewarnai lagu – lagu karya Leeyonk Sinatra, Yudi Dharmawan selaku vokalis Leeyonk Sinatra turut menyampaikan harapannya terkait pertumbuhan panggung kreatifitas di Kota Denpasar, “tahun ini outdoor ya, harapannya tahun selanjutnya dapat dikembangkan lagi supaya nantinya tumbuh stage – stage lainnya tidak hanya satu” ungkap Yudi, baginya panggung berkreativitas patut dirawat sehingga dapat terus ada dan  memberikan dampak berkelanjutan bagi perjalanan seni musik di Kota Denpasar. 

Penampilan duet Leeyonk Sinatra di salah satu lagu yang dibawakan ketika tampil di main stage D’Youth Fest 3.0

Panggung Main Stage kian pecah dengan sajian musik berbagai genre dari band legendaris lainnya seperti White Swan.  Antusiasme penonton makin terasa dikala lagu Rock n Roll Lady hingga lagu lainnya Overheat menggema di seluruh Lapangan Lumintang. Sorot lampu, dentuman musik, hingga alunan genre rock dari lagu turut membangkitkan suasa riuh penonton. 

Potret gitaris dan vokalis musisi White Swan yang memeriahkan panggung main stage 

Berlanjut, antusiasme tak surut dengan sajian musik Rebellion Rose yang bergenre pop hingga rock terdengar di panggung utama. Alunan musik keras dan suasana malam yang kian larut justru menambah semangat pengunjung untuk menikmati sajian di panggung musik di hari pertama D’Youth Fest 3.0.  

Rebellion Rose dengan membawa genre pop hingga rock turut mengguncang panggung main stage di hari pertaa D’Youth Fest 3.0

Serangkaian kegiatan di panggung Main Stage ditutup dengan dendangan musik koplo khas Barong Boys yang membawakan lagu – lagu hasil kreasi dari musisi – musisi Bali hingga tanah air. Mulai dari fortune cookies dari JKT 48, Puputan Badung karya XXX, hingga musisi Internasional berjudul Narco. 

Suasana penonton dikala musik dari band – band legendaris mulai terdengar di main stage

Alunan terompet lagu Narco turut menyatukan seluruh penonton untuk sama – sama merayakan ditutupnya panggung kreativitas anak muda Kota Denpasar di Main Stage hari pertama sekaligus dibukanya rangkaian acara D’Youth Fest 3.0 selama satu hari kedepan.

Media Release

Workshop Crochet : Merajut Kreativitas lewat Untaian Benang

Bangkitkan kembali seni rajut, D’Youth Festival 2023 sediakan kesempatan merajut melalui Workshop Crochet bersama Volen Artspace di Lapangan Lumintang Jumat (20/10)

Tangan perempuan-perempuan dengan jarum besar menari lihai, merajut benang-benang tebal berwarna warni. Tua muda, meretas batas usia mengenang kembali memori hangatnya rajutan nenek. D’Youth kali ini menyediakan ruang nostalgia sekaligus ruang berkreatifitas dengan menghadirkan Volen Artspace bekerja sama dengan BeCraft untuk menarik minat generasi muda menggeluti crochet atau seni rajut.

Workshop Crochet yang dihadiri peserta dari lintas generasi mulai dari anak – anak hingga orang dewasa di panggung kreativitas Youth Land 

Esmeralda dari Volen Artspace yang mengisi kegiatan Workhop Crochet serta mendampingi peserta pada sesi praktikal mengungkapkan kecintaannya pada seni rajut bermula dari sering melihat neneknya merajut. Kecintaan itu tumbuh hingga saat ini, ia menyebut produk rajut dapat masuk ke banyak segmen dan diminati banyak orang. Namun, ia menyayangkan minat generasi saat ini untuk menekuni dunia seni rajut justru tidak banyak.  “Sebenarnya dari kecil itu nenek saya suka banget ngerajut, tapi anak muda kayaknya nggak ada yang  mau belajar rajut karena kayanya kesannya kuno.” tutur Esmeralda (20/10). 

Esmeralda sebagai perwakilan dari Komunitas Volen Art Space memberikan pelatihan kepada peserta yang ingin belajar membuat kerajinan rajut. 

Sebab itu, Esmeralda dengan Volen Artspace berusaha membangkitkan  lagi minat terhadap seni rajut, salah satunya melalui Workshop Crochet yang diadakan di lapangan Lumintang, Denpasar. Pada kegiatan tersebut terlihat peserta berasal dari lintas generasi, salah satunya Yohana wanita yang menginjak kepala lima ini terlihat antusias belajar merajut. ”Umur kan nggak menentukan kapan kita bisa belajar,” ucapnya bersemangat.

Peserta dari lintas generasi antusias mengikuti workshop dan praktikal crochet dalam rangkaian helatan D’Youth Festival 2023.

Sementara itu, Gek Win gadis berusia 15 tahun terlihat mahir meski baru pertama kali belajar merajut, ia mengaku tertarik setelah menonton video crochet di media sosial. Dengan wajah berseri Gek Win menyampaikan kesannya setelah mengikuti praktikal crochet oleh Volen Artspace, “senang banget,baru pertama kali ikut tapi udah belajar sejauh ini, belajar dasar-dasar juga.”  ungkapnya sekaligus menutup wawancara di Panggung 

20232010_Film Festival_Suasana Festival (1)
Media Release

Makin Dekat Film Festival hingga Youth Park Amphitheater: Memperkuat Ekosistem dalam Kancah Perfilman Bali

Film – Suasana panggung Makin Dekat Film Festival dikala pemutaran film, tampak pengunjung
yang duduk menikmati sajian film melalui layar proyektor.

Geliat pertumbuhan film di Bali kian mengalami gejolak seiring dengan perkembangan teknologi, hal ini tampak dari lahirnya berbagai gagasan menarik dari segi visual maupun konsep yang mengalami perubahan dari tahun ke tahunnya. Salah satunya melalui pemutaran film di panggung Makin Dekat Film Festival yang berlokasi di Taman Kota, cetusan unik ala Bali tempo dulu dikemas menjadi sebuah dokumenter yang mengajak pengunjung untuk bernostalgia dengan perfilman khas masa lampau.

Dalam perhelatan Makin Dekat Film Festival pada D’Youth Fet 3.0, Arsip Bali 1928 menghadirkan suguhan film dokumenter Bali era tahun 1930-an. Film dokumenter yang ditayangkan pada perhelatan D’Youth Fest 3.0 merupakan film bisu yang dibuat oleh Colin McPhee. Film ini bercerita mengenai lingkungan alam dan masyarakat di Bali tahun 1930-an dari berbagai aspek budaya, tradisi, hingga kehidupan sehari-hari.


Arsip Bali 1928 merupakan kolaborasi internasional yang memadupadankan berbagai pusat arsip di dunia untuk memulangkan arsip-arsip, seperti film, foto, dan dokumen bersejarah yang berkaitan dengan Bali pada masa 1928-an. Koordinator Proyek Arsip Bali 1928, Marlowe Bandem merintis pendirian Arsip Bali 1928 memiliki tujuan dalam repatriasi, restorasi, dan penyebaran dokumen bersejarah Bali pada masa 1930-an yang tersimpan di luar negeri.

Cetusan Arsip Bali 1928 menjadi catatan yang tak ternilai bagi perjalanan budaya dan kehidupan masyarakat Bali. Banyak kalangan masyarakat Bali yang ingin mengingat kembali suasana dan kondisi masyarakat atau kultur budaya Bali tempo dahulu. Hingga saat ini, Arsip Bali 1928 telah mengembalikan sebanyak 111 rekaman berupa film maupun audio terkait seni budaya Bali yang tersimpan di luar negeri. “Karya-karya lain yang juga dipulangkan berupa rekaman gamelan dan tembang sebanyak 111, ragam cuplikan Bali 1930 dengan durasi selama 15 jam, dan 75 foto cetak yang telah direproduksi,” ujar Marlowe Bandem, Jumat (20/10).


Selain dokumenter Bali era 1928-an, Makin Dekat Film Festival turut menyuguhkan konsep film yang diadaptasi dari kehidupan masyarakat Bali yang digagas oleh Searah Creative Hub. Sebuah kelompok yang terbentuk dari keresahan akan minimnya kesadaran industri kreatif di Bali khususnya dalam bidang perfilman. Menurut penuturan Ketua Komunitas Searah Creative Hub, Dodek Sukahet, Searah Creative Hub dapat menjadi wadah bagi para penggiat film di Bali untuk mengembangkan kreativitas dan daya saing dalam kancah perfilman.

Talkshow – Sesi talkshow bersama ketua komunitas Searah Creative Hub di panggung Makin Dekat
Film Festival

Dodek Sukahet selaku Ketua Komunitas Searah Creative Hub menuturkan tujuan pembentukan komunitas tersebut, “Searah Creative Hub dibentuk untuk menumbuhkan ekosistem film di Bali agar keberadaannya dapat lebih diperhitungkan,” ujar Dodek pada wawancara di Makin Dekat Film Festival (20/10).


Sebagai pemantik, pada perhelatan Makin Dekat Film Festival ini, Searah Creative Hub
membawakan dua film unggulannya dengan tajuk Mejaguran yang telah melanglang buana dalam ajang Festival Film Bulanan. Film Mejaguran menjadi garapan yang bernuansa laga, “Film Mejaguran ini timbul sebagai pemantik karena kami terfokus pada action scene dengan sedikit kiasan komedi yang mana dari segi cerita digagas dari keberadaan ‘ormas’ di Denpasar yang kian mencuat,” ungkap Sutradara film Mejaguran, Herda Martin, Jumat (20/10).


Film sukses lainnya yang turut dibawa yaitu How Does It Sound? yang berhasil menembus 26 besar dalam ajang Festival Film Indonesia. Berbeda dengan Mejaguran, film “How Does It Sound ?” mengangkat isu-isu yang ada di Bali, salah satunya adalah tragedi bom Bali. “Kami ingin menggagas sebuah film mengenai isu-isu yang ada di Bali, tetapi tanpa menyinggung dan membuka kembali perasaan korban penyintas bom Bali tersebut,’ ujar Herman selaku Produser film. Searah Creative Hub saat ini telah memiliki 6 film garapan dengan berbagai latar suasana serta genre yang berbeda – beda, yakni Pojok Penantian, Back to The Beat, Back to The Star, How Does It Sound?, Kacang Dari, Lobus, dan Mejaguran.


Berlanjut ke gedung DNA, penggiat perfilman turut meramaikan panggung Denpasar Documentary Film Festival (DDFF) di pelaksanaan D’Youth Fest 3.0 tahun ini. Anak Agung Gede Rai Putra Bawantara selaku inisiator Denpasar Documentary Film Festival turut menjelaskan bahwa ini merupakan penyelenggaraan DDFF yang ke-14, yang sekarang digabung dengan pelaksanaan Dyouth Festival, juga dengan salah satu acaranya, yakni Makin Dekat Film Festival.


DDFF menjadi salah satu ajang film dokumenter yang disokong oleh Pemerintah Kota Denpasar untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap film dokumenter dengan cakupan edukasi, apresiasi, kompetisi, literasi, dan eksibisi, untuk peserta dari seluruh Indonesia. Bawantara menjelaskan mengenai salah satu tujuan timnya membangun DDFF, “Film dokumenter itu utamanya adalah media yang bisa merekam, situasi di sebuah zaman secara autentik, sehingga 14 tahun yang lalu kami menyelenggarakan itu untuk bagaimana mengabadikan apakah itu situasi, gagasan, pikiran, supaya kita punya arsip yang autentik tentang hal itu,’ jelasnya saat wawancara pada Jumat (20/10).


Sejak tahun 2013, DDFF menjadi ajang kompetisi film dokumenter tingkat SMP dan SMA/SMK yang diselenggarakan oleh Organisasi Kota-kota Pusaka Dunia (OWHC). Penikmat film yang ditayangkan oleh DDFF pun datang didominasi oleh kalangan anak muda tampak masih menduduki bangku sekolah.

Pengunjung – Suasana di luar panggung Community Area di Gedung Dharma Negara Alaya

Kali ini, DDFF 2023 membagi acara menjadi dua sesi, dimana pada sesi pertama dihadiri oleh sekitar 88 pengunjung yang dimulai pada pukul 17.30 Wita dan sesi kedua dihadiri oleh sekitar 90 pengunjung yang dimulai sekitar pukul 19.30 Wita. Setiap sesi akan diputarkan enam film dokumenter berbeda. Pada sesi satu, pemutaran film pertama dimulai dengan film Nguri Uri yang membawakan tentang Kirab Budaya Boyong Oyod Genggong yang di adakan di Desa Kalilunjar. Dilanjutkan dengan pemutaran film dokumenter Sang Punggawa Laut Sumbawa, Penjor, Memorie of Moluca, Pejuang Jarkapung, dan ditutup dengan film yang mengisahkan budaya unik di salah satu Desa di Karangasem, yakni berjudul Darah Bali Aga.

Pemutaran Film Dokumenter berjudul Penjor pada acara Denpasar Documentary Film Festival

Berlanjut di sesi dua, film dokumenter yang diputarkan tidak kalah menarik dengan sesi awal.
Dimulai dengan pemutaran film Lahbako, lalu Story Bus Scalper, Ludruk Dahulu Kini dan Nanti, Topeng Dalang Klaten, Wullu Poddu dan Padi, hingga terakhir ditutup dengan pemutaran film dokumenter Rahasia Fixer. DDFF ini juga dihadiri oleh Ibu Halida selaku produser film Darah Bali Aga dan Rahasia Fixer. Tak hanya itu, produser film dari Prancisjuga turut hadir, yakni Mr. Hendry.

Mr.Hendry sebagai salah satu produser film yang turut hadir dalam acara Denpasar Documentary
Film Festival pada saat sesi tanya jawab

Pagelaran film mulai dari panggung Makin Dekat Film Festival hingga Community Area dalam D’Youth Fest 3.0 harapannya akan membuka peluang bagi masyarakat yang ingin mengulik lebih dalam mengenai dunia perfilman khususnya yang berkembang di Pulau Bali. Tak hanya hadir dengan konsep yang menarik, ekosistem yang kian diperbarui dalam kancah perfilman tentu menjadi potensi utama yang dapat mendukung daya saing perfilman masa kini.

20231020_ESI Land Denpasar_Esport 3
Media Release

Gelora Anak Muda di Pertandingan Sengit Esport Indonesia Denpasar

Perlombaan sengit dari ajang E-Sport Indonesia (ESI) Denpasar menjadi salah satu event yang dinantikan oleh para penggemar game online. Tampak tim dari berbagai Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ada di Bali berbondong-bondong meramaikan Amphiteater Taman Kota sejak pukul 18.00 Wita. Terdapat dua pertandingan game online yang diselenggarakan, yakni match Mobile Legend yang dilaksanakan dengan dua kali match dan Mortal Combat. Selain pertandingan kedua game tersebut, para pengunjung juga dapat mencoba permainan Tekken 7 yang berada di dekat venue.

Peserta pertandingan Mobile Legend di acara E-Sport Indonesia Denpasar

Perlombaan ini dihadiri oleh peserta dari 18 SMA dan SMK yang ada di Bali diantaranya SMAN 4 Denpasar, SMAN 1 Kuta, hingga SMK Saraswati 2 dan masih banyak lainnya. Setiap sekolah mengirimkan satu perwakilan tim yang berisikan enam peserta termasuk satu orang cadangan. 

Pendukung peserta yang sedang menyaksikan jalannya pertandingan

Saat pertandingan dimulai, pengunjung nampak histeris karena tim yang didukungnya sedang sengit. Salah satu pengunjung tampak sangat menikmati pertandingan. Gek Diah, yang merupakan salah satu mahasiswa di Bali, mengaku bahwa Ia berkunjung kesini memang untuk menonton pertandingan Mobile Legend ini. Dirinya juga kebetulan termasuk salah satu penggemar game online. “Seru sih. Emang suka main game makanya dateng,” tutur Gek Diah pada Jumat (20/10).

Peserta dari Tim SMA Negeri 11 Denpasar

Menuju akhir pertandingan, terlihat salah satu tim yang mengenakan baru seragam dengan bertulisan SMA Negeri 11 Denpasar sudah berada di luar tempat pertandingan. Andra, salah satu pemain dari tim SMA Negeri 11 Denpasar yang mengatakan bahwa tim nya sudah gugur saat semifinal. Namun bagi timnya , pertandingan ini tetap menyenangkan dan bermanfaat bagi dirinya dan tim. “Seru, bisa masuk semifinal. Manfaat ikut kegiatan ini dapat pengalaman baru, membangun chemistry dengan tim, dan dapet cuan buat bekal diri sendiri,” jelas Andra pada Jumat (20/10).

Para peserta yang lolos pada pertandingan di hari pertama nantinya akan lanjut untuk berlaga di hari kedua D’Youth Fest 3.0, guna menentukan pemenang dari kompetisi E-Sport di Panggung ESI Denpasar. 

Media Release

D’Youth Fest 3.0: Kembali Muda dan Penuh Karsa di Panggung Kreativitas Pemuda Kota Denpasar

Panggung kreativitas anak muda kembali hadir di tengah – tengah masyarakat Kota Denpasar sebagai bentuk perayaan bagi seluruh anak muda yang telah menjadi pelopor perubahan, mendorong batas kreativitas, dan membangun komunitas-komunitas berbakat. Denpasar Youth Festival 2023 (D’Youth Fest 3.0) terselenggara kembali dengan semangat yang terus dituangkan, hingga kini memasuki pelaksanaan untuk ketiga kalinya. D’Youth Fest 3.0 menjadi sebuah wadah untuk memfasilitasi kegiatan anak muda serta menampung kreasi dari komunitas kreatif . Kehadiran D’Youth Fest 3.0 merupakan bentuk apresiasi dan upaya untuk membentuk sinergitas dalam sebuah ruang seni milenial khas anak muda di Kota Denpasar. 

Hingga kini Kota Denpasar terus konsisten menjadi poros pembangunan ekonomi kreatif yang didukung oleh pengembangan potensi generasi muda. Generasi muda yang memiliki karakteristik yang kreatif, adaptif, inovatif serta berani menyuarakan gagasan menjadi pondasi awal  membangun Kota Denpasar sebagai kota kreatif berbasis budaya. Kota Denpasar yang memiliki ratusan kelompok pemuda – pemudi serta komunitas yang diinisiasi oleh anak muda menjadi salah satu bentuk penguatan jati diri anak muda dalam menciptakan aksi untuk menghasilkan sebuah visualisasi karya cipta. 

I Gusti Ngurah Jaya Negara, S.E. selaku Wali Kota Denpasar menyampaikan penyelenggaraan D’Youth Fest 3.0 menjadi kolaborasi kreatif yang dapat memantik kembali semangat anak muda sehingga kegiatan ini menjadi momentum penting untuk dilaksanakan secara berkelanjutan, “Kreatifitas tidak boleh padam, pemerintah kota terus mendorong agar kreativitas dapat terus tumbuh,  artinya D’Youth Fest 3.0 memberikan ruang agar anak muda selalu berkreatifitas dan berinovasi, sehingga akan berdampak ke berbagai sektor salah satunya sumber pendapatan daerah yang juga nantinya akan tumbuh sendirinya” ungkap Jaya Negara. 

Hadir pertama kali pada tahun 2021, Denpasar Youth Festival mulai dikenalkan sebagai bentuk inisiasi untuk mendukung stimulus ekonomi di  kala pandemi Covid-19. Antusiasme masyarakat di tengah keterbatasan ruang gerak dan perputaran ekonomi kreatif yang baik menjadikan pelaksanaan D’Youth Fest 2.0 kembali diselenggarakan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda yaitu 28 Oktober. Melalui perwujudan nilai Vasudaiva Khutumbhakam (Kita Semua Bersaudara), Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, S.E., dan Wakil Wali Kota Denpasar, Kadek Agus Arya Wibawa, S.E, M..M. mendorong pembentukan konvergensi kreatif antar sektor kehidupan sehingga dapat mengembangan kembali 16 subsektor ekonomi kreatif di Kota Denpasar, yang kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan Denpasar Youth Festival 3.0 di tahun 2023. 

Walikota –  I Gusti Ngurah Jaya Negara, S.E. selaku Walikota Denpasar menyampaikan makna dan harapan di balik helatan D’Youth Festival pada Press Conference di Dharma Negara Alaya

 I Gusti Ngurah Jaya Negara, S.E. mengungkapkan aktualisasi jangka panjang penyelenggaraan Denpasar Youth Festival, “Sebelumnya sudah ada event – event selain D’Youth Fest ini ya, khususnya event anak muda yang hype di Kota Denpasar ada beberapa, maka dari itu diperlukan sebuah wadah untuk merangkul event – event serta komunitas ini sehingga terbentuk wadah untuk  menciptakan ruang gerak untuk menularkan imajinasi dalam bentuk kreasi dan serta wadah berkomunikasi, selain itu ini menjadi salah satu subsidi berupa event sebagai insentif produktif dari pemerintah kepada komunitas untuk sama – sama bergerak dan berkolaborasi meningkatkan ekonomi kreatif di Kota Denpasar sehingga terjadi perputaran ekonomi juga ada serta daya imajinasi dan kreasi terwadahi di event D’Youth Fest ini” ungkapnya. 

Tahun 2023 ini, Denpasar Youth Festival kembali menyalakan api semangat generasi muda di Kota Denpasar yang berhelat selama 1 bulan. Kegiatan dirangkaikan dengan Pre Event pada 14 dan 15 Oktober dengan kegiatan Tattoo Contest dan Modification Contest, Puncak Event selama dua hari pada 20 – 21 Oktober 2023, serta Post event akan ada pameran dari komunitas tanaman platycerium. Perayaan panggung kreativitas pemuda Kota Denpasar ini kembali terselenggara di lokasi awal pembentukannya, yaitu Areal Lumintang. Lokasi yang berada di sisi utara Kota Denpasar ini menjadi pilihan yang tepat dengan pertimbangan posisi Lumintang yang berada di pusat kota dengan areal ruang terbuka hijau yang diperuntukkan sebagai ruang rekreasi dan edukasi. Bergeser ke sisi timur, Youth Land Park turut menarik perhatian dengan adanya coworking space, mini food court, serta adanya pameran kreatif berupa foto, lukisan dan arsitektur yang menambah nuansa kreatif di Lumintang. 

D’Youth Fest 3.0 diinisiasi oleh Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Denpasar, untuk mewadahi derap kreatifitas anak muda yang kian menyala di Kota Denpasar sebagai salah satu creative hub Bali atau pusat perekonomian, perdagangan dan pusat komunitas. Pemilihan mata acara turut disusun dengan apik melalui semangat “dari komunitas, oleh komunitas, untuk komunitas”, sehingga nantinya D’Youth Fest 3.0 dapat mewadahi ide dari komunitas dan merangkul seluruh elemen masyarakat melalui penciptaan ruang komunikasi dan membangun kolaborasi di dalamnya. 

Dalam mensukseskan pelaksanaan D’Youth Fest 3.0, beberapa komponen turut disediakan oleh Pemerintah Kota Denpasar, salah satunya berupa anggaran. Sumber dana yang digunakan dalam penyelenggaraan D’Youth Fest 3.0 berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar 1,8 Miliar dan didukung dari dana sponsorship serta tiket atau voucher makanan. PLT Kepala Dinas Pariwisata, I Gusti Ayu Laxmy Saraswati menyampaikan dana yang dianggarkan untuk pelaksanaan D’Youth Fest 3.0 telah melalui pertimbangan yang matang agar setiap kegiatan dapat terkemas dengan baik, “Alokasi dana ditujukan tidak hanya untuk puncak acara namun juga digunakan mulai dari pre-event, main event hingga pos event” Ungkap Ayu Laxmy. 

Spirit Denpasar Youth Festival 3.0 dalam Sebuah Ikon 

Secara spesifik, D’Youth Fest 3.0 mengangkat tema “Creativity in Diversity.  Pemilihan tema dilakukan dari penggambaran keberagaman kreativitas yang tercipta di Kota Denpasar yang kemudian mengisi relung – relung yang dibutuhkan Kota Denpasar untuk terus hidup dan menyala di tengah arus – arus perubahan. Keberagaman kreatifitas yang masih kokoh hingga kini lambat laun mengisi jiwa Kota Denpasar sebagai “The Heart of Bali”. 

Tema tersebut turut bertalian dengan ikon Denpasar Youth Festival yakni I Tengkek Ngindang yang direpresentasikan dengan burung raja udang biru yang sedang mengepakkan sayap. Visual  D’Youth Fest 3.0 menampilkan semangat kreatifitas generasi muda yang direpresentasikan dengan burung tenggek, sikap gesit dan kuat dari burung tenggek menjadi inspirasi dalam bersikap aktif untuk berkreasi dalam melestarikan budaya. Bunga Jempiring pada paruh burung menjadi simbol kebaruan dan kejernihan serta harapan yang dijunjung sebagai penuntun generasi muda dalam bersikap. “Kegiatan D’Youth Fest yang beragam dan berbeda dengan kegiatan sebelumnya, memang ada beberapa yang sama namun pembaharuan turut dihadirkan untuk memfasilitasi pemikiran dan ide dari komunitas itu sendiri,” ungkap I Gusti Ngurah Jaya Negara, S.E. 

Membangkitkan Daya Cipta melalui Ragam Panggung Kreativitas 

Press Conference – Pelaksanaan press conference Denpasar Youth Festival 2023 untuk mengenalkan festival muda bagi warga Kota Denpasar.

Mewadahi potensi generasi muda, ragam panggung kreativitas turut dihadirkan dalam perhelatan D’Youth Fest 3.0 tahun ini. Aktualisasi nilai “dari komunitas, oleh komunitas, untuk komunitas” diwujudkan dengan ragam mata acara antara lain konser musik, panggung hiburan, festival film,  community exhibition, competition, workshop , talkshow , serta mini games. Beberapa titik yang akan menjadi zonasi untuk pengemasan mata acara di D’Youth Fest 3.0 diantaranya: 

  • Lapangan Lumintang 
  • Taman Kota Utara 
  • Taman Kota Selatan 
  • Gedung Dharma Negara Alaya (DNA)

Pemilihan 4 zonasi secara rinci dikemas menjadi 7 titik pemanggungan antara lain,  Lapangan Lumintang sebagai Main Venue dengan pembagian beberapa stage antara lain Main Stage, Mini Stage, Youth Land, dan Community Side. Taman Kota bagian utara akan diperuntukkan sebagai stage Makin Dekat Film Festival, sementara itu Taman Kota bagian selatan akan menjadi Theater stage. Pada bagian Youthland Park yang terletak di Taman Kota akan diperuntukkan sebagai ESI Denpasar Area. Gedung Dharma Negara Alaya akan diperuntukkan sebagai Community Area

Ragam mata acara turut dikemas dengan apik selama dua hari pelaksanaan D’Youth Fest 3.0. Musisi legendaris mulai dari Settle, XXX, Aruma, Meiska, Leeyonk Sinatra, White Swan, Rebellion Rose, Barong Boys, Navicula, Koplosan, Kenya, Astera, Dumbleed, Lolot, hingga SID turut menyemarakkan festival pemuda Kota Denpasar di Main Stage. Musisi anyar pun turut mengisi panggung Mini Stage mulai dari De Bansos, Revival, Moondial, Forgood dan lainnya. Pengunjung turut diajak menikmati suguhan edukatif mulai dari talkshow hingga workshop dari komunitas kreatif bersama pembicara yang ahli di bidangnya di titik pemanggungan Youth Land. Melepas penat dengan ragam film kreatif karya anak muda Kota Denpasar dapat dinikmati di titik pemanggungan Makin Dekat Film Festival. Kelompok teater remaja dari kalangan sekolah menengah hingga tingkat perguruan tinggi turut bergabung menghibur pengunjung di panggung Theater Taman Kota Selatan. Ragam aktivitas dari komunitas juga dapat dinikmati di titik pemanggungan Community Area dan Community Side. Terlibat pula komunitas E-Sport Indonesia Denpasar untuk mengisi titik pemanggungan di Youth Park Amphitheater

Manajemen Risiko dalam Bentuk Pengarusutamaan Lalu Lintas

Pemilihan Lumintang menjadi pertimbangan panjang dalam menyambut momentum tahunan anak muda Kota Denpasar. Berbagai ruang publik yang tersebar seluruh penjuru Kota Denpasar telah memiliki ciri khasnya masing – masing, dengan begitu Lumintang sebagai pusat aktivitas masyarakat dibangun juga untuk memiliki ciri khasnya dengan pelaksanaan yang konsisten dari Denpasar Youth Festival tiap tahunnya. Pemilihan lokasi telah disesuaikan dengan kebutuhan pemanggungan dan daya dukung yang tersedia, sehingga penonton yang hadir merasa nyaman ketika mengunjungi dan menikmati perayaan D’Youth Fest 3.0 nanti.  

Penataan parkir yang apik menjadi salah satu pertimbangan manajemen risiko untuk menjaga kondusifitas selama acara berlangsung. Beberapa titik parkir telah tersebar di kawasan Lumintang antara lain, Taman Kota di bagian utara, pelataran parkir Gedung Sewaka Dharma, Basement Gedung DNA, pelataran parkir Gedung Majelis Desa Adat, serta areal sekitar PWI. Kelancaran dalam pengaturan parkir tentu didukung oleh lembaga – lembaga terkait melalui kerjasama dengan beberapa pihak diantaranya, Dinas Perhubungan Kota Denpasar, pihak kepolisian, dan Perusahaan Daerah (PD) Parkir. 

Denpasar Youth Festival sebagai panggung kreativitas pemuda Kota Denpasar yang terbilang anyar menjadi momentum tahunan yang dibentuk untuk anak muda menyalurkan kreativitasnya kepada khalayak luas. Panggung kreativitas perlu dinyalakan kembali, peran generasi muda perlu dipantik untuk mengisi relung – relung tersebut.  “Melalui festival ini terjaring bibit – bibit generasi muda yang unggul, yang kedua bagaimana memberikan pemahaman kepada generasi muda bahwa wadah ini bukan hanya sekedar ajang hura – hura tetapi bagaimana kita memaksimalkan ini untuk generasi muda menunjukkan kreativitasnya sehingga dapat melenggang ke kancah yang lebih luas lagi tidak hanya nasional tetapi juga mencapai tingkat internasional,” tutup I Gusti Ngurah Jaya Negara, S.E. Konseptualisasi pemanggungan dan mata acara yang dituangkan di Denpasar Youth Festival akan menjadi rantai penghubung terhadap ruang kreativitas lainnya sehingga pintu komunikasi, kolaborasi dan berinovasi akan terus terbuka dan berkelanjutan. 

Media Release

Modification Contest: Gelaran Kreatif Pecinta Motor Modifikasi

Karya motor modifikasi tampak berjejer rapi nan cantik di parkir basement 2 Gedung Dharma Negara Alaya (DNA) Denpasar semenjak 14 hingga 15 Oktober 2023. Dari jejeran motor keluaran lama hingga model keluaran terbaru ikut serta pada kegiatan “Modification Contest” yang merupakan rangkaian kegiatan awal menuju D’Youth Festival 3.0. Pagelaran ini diinisiasi oleh Serigala Hypercrea Dewata (SHD) yang merupakan perkumpulan klub motor modifikasi di Bali. Bukan tanpa alasan, kontes ini hadir sebagai bentuk tekad SHD untuk merangkul banyak pecinta motor modifikasi di Indonesia.

Motor – Jejeran motor yang dipamerkan di basement 2 Gedung Dharma Negara Alaya untuk ajang Modification Contest pada Sabtu, (14/10).

Tak hanya kontes motor belaka, tetapi pecinta motor modifikasi juga hadir tuk menyaksikan berbagai motor yang dilombakan. Selain itu, kontes motor modifikasi tersebut juga disisipi dengan penampilan musik DJ dan battle modificator antara FR project dari Kalimantan Timur dengan RAYOS humble dari Jawa Barat sehingga secara langsung dapat membangkitkan animo pengunjung yang hadir kala itu. 

Secara lengkap, motor yang dilombakan dibagi menjadi 15 kelas yaitu, matic modif, matic fashion, matic daily use, proper pro, proper pemula, sunmori matic, sunmori bebek & sport, sport & bebek modif, 2/4 tak Restorasi original, 2/4 tak Restorasi fashion, mothai open, daily rookies thailook, killer paint, racing style open (street racing, herex style, drag style , RNS, dan lainnya), retro custom (chopper, bobber, sclamber ,tracker, cafe racer, choppy cup, japs style, dan lainnya). Kontes motor tersebut menggandeng dua juri yakni Tito Monster dan Duns Duta. 

Tak sedikit peserta dalam kontes tersebut, hal itu terbukti dari penuhnya basement Gedung DNA dengan berbagai macam desain dari beragam jenis motor. Podol selaku salah satu pengurus SHD Bali mengungkapkan antusiasme generasi muda dalam pagelaran tersebut, “Kontes ini ramai yang ikut, bahkan ada yang dari jauh, misalnya dari Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Kalimantan Timur,” paparnya. Disisi lain, Podol menjelaskan bahwa melalui kontes tersebut dapat dilihat jika motor modifikasi bukan hanya untuk sekedar gaya di jalanan, melainkan juga dapat show di berbagai macam kontes.  

Media Release

Denpasar Tattoo Contest 2023 : Mendobrak Stigma Tato, Goresan Seni Tubuh Abadi

Dharma Negara Alaya (DNA) tampak berbeda di akhir pekan, puluhan masyarakat mulai dari anak – anak hingga orang dewasa nampak lalu lalang menaiki tangga menuju sebuah tujuan. Gaya berpakaian ala skena dengan dominasi pakaian berwarna hitam, dipadupadankan dengan sepatu boots maupun sneakers, aksesoris yang mempermanis atasan maupun bawahan yang dikenakan, serta tentu saja nampak goresan tinta yang dikenal sebagai tato tercetak penuh konsep seni di kulit mereka. Denpasar Tattoo Contest 2023 menjadi sebuah momentum bagi seluruh seniman tato di Kota Denpasar berkumpul menampilkan bakat terbaik dalam mengkreasikan tato sebagai seni tubuh abadi. 

Bertempat di Gedung DNA, puluhan masyarakat tampak menyambut antusias pelaksanaan kompetisi tato yang diselenggarakan oleh gerakan kolektif seniman tato  Ink Movement. Beragam mata acara turut dirangkai dengan apik untuk memanjakan peserta serta pengunjung yang hadir. Pengunjung yang hadir akan disambut pertama dengan karya – karya elok dari seniman tato legendaris melalui kegiatan exhibition dan competition yang dilaksanakan oleh Inkdonesia Movement. 

Deretan hasil karya desain tato di Tatto Artist Exhibition yang dipajang di sepanjang ruang eksibisi Dharma Negara Alaya (DNA)

Putu Agus   Eka Putra Santika, selaku inisiator dari Denpasar Tattoo Contest 2023 menjelaskan terkait konseptualisasi kegiatan yang diselenggarakan selama dua hari tersebut, “Konsep di dua hari tersebut sebenarnya sama, tetapi dibedakan dari kategori, yang kemarin itu black and grey surealist dan black work ornament, sekarang color neotrad newschool dan asian style, sekarang kita ada talkshow kita mendatangkan tatto artist legend Bali itu namanya Pak De Wangaya yang sudah nato dari tahun 77, kita mendatangkan untuk ngobrol dan mendatangkan kilas balik bagaimana era pada masa itu,” Ungkap Santika atau yang akrab disapa Kink (15/10).

Kink selaku inisiator dari Denpasar Tatto Contest 2023 menceritakan konsep kegiatan selama dua hari penyelenggaraan di booth tato miliknya

Kegiatan eksibisi yang dilaksanakan secara indoor tersebut diisi oleh 17 seniman legendaris dengan keunikan guratan desain tato serta teknik aplikasi tato masing – masing, antara lain Kink dari Kinktattobali, Lolit Made dari Balitattooartgallery, July Arthaya dari Burgeon Blue Tattoo, Marmar dari Sangmong Tattoo Studio, Herpianto Hendra dari Fox Mulder Tatttoo, Viona Mallory dari Karma Mantra, Romi dari Rohornament, Deni Sentani dari Tridatu Tattoo, Prima dari Matatto Bali, Ode Surya dari Better Days Tattoo, Ibnu Suharyo  dari Tapawana Radjah Nusantara, Kadek Ngurah Mertayana dari Blur Tattoo Studio, Eka Mardys dari Sekala 369, Hendro Dewisura dari Luxuryink, Nyoman Hendra Permana dari Buch Tattoo, Lionk Irezumi dari Luxuryinkbali serta Dode Pras dari Lumina Tattoo Studio.  

Kink turut menyampaikan melalui kegiatan eksibisi tersebut bahwa Bali menyimpan banyak seniman – seniman lokal yang telah mendunia,  ”kita mau menginfokan dan mengkampanyekan kepada masyarakat bahwa kita di Bali ini punya banyak sekali artist lokal kita sudah sekaliber internasional, banyak yang sudah sering juara di tingkat internasional, banyak yang sudah sering diundang untuk tato expo di luar negeri, jadi itu yang ingin kita up bahwa tato bukan hanya dari negatifnya saja tetapi ini merupakan UMKM yang bisa membuat roda perekonomian bagus dan menyerap tenaga kerja,” Ungkapnya. 

Mulai dari mesin tato modern hingga tradisional turut memukau serta mengisi kemeriahan exhibition di Gedung DNA. Salah satunya teknik pembuatan tato tradisional dari Tapawana Studio yang turut menjadi daya tarik pengunjung di eksibisi tersebut. Ibnu Suharyo atau yang akrab disapa Wana mencoba mengenalkan kembali teknik pembuatan tato dengan alat tradisional khas suku dayak “pada eksibisi ini saya menggunakan hand tapping, teknik hand tapping itu tidak pakai mesin, kita pakai dua kayu yang salah satu bagiannya ada jarum dan kita ketuk, teknik hand tapping itu teknik tradisi nusantara yang dimiliki dari Dayak, dari Mentawai, Kalimantan, jadi teknik ini kami kembangkan lagi di dunia tato, saya ingin memperkenalkan kembali teknik leluhur dalam seni tato yang mungkin banyak orang mengenal dengan mesin, sedangkan dari jaman dulu kala tato sudah ada dengan teknik hand tapping” ungkap Wana pada wawancara Sabtu (14/15).  

Teknik Hand Tapping sebagai salah satu seni pembuatan tato tradisional khas suku Dayak, Mentawai, Kalimantan yang dibawa oleh Tapawana Radjah Nusantara pada Tattoo Artist Exhibition

Teknik hand tapping bagi Wana saat ini memang sudah tidak menjadi pilihan utama bagi pelaku seni tato mengingat proses pembuatan tato yang membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan menggunakan mesin, selain itu juga desain yang akan dibentuk pada kulit  juga tidak bisa terlalu kompleks. Melalui kegiatan D’Youth Fest 3.0 bersama Ink Movement ini, Wana turut mengapresiasi momentum yang disediakan sehingga dapat mengenalkan kembali seni tato tradisional serta perkembangan seni di Denpasar. “Jujur aku sangat terkesan ikut acara D’Youth ini karena satu – satunya pemerintah daerah yang mau mendukung kesenian tato sekarang, sebelum – sebelumnya kita independent dan harapan saya pemerintah Indonesia perlu memikirkan seni tato agar bisa lebih disupport lagi, mungkin seni tato identik dengan kenakalan, kriminalitas tapi engga ini adalah industri seni yang sangat bagus” tutup Wana.  

Hasil karya seni tato nusantara yang dibuat dengan teknik hand tapping

Selepas meremajakan mata melalui karya seni tato legendaris di Tattoo Artist Exhibition, pengunjung turut dipukau dengan desain – desain tato dari kontestan yang tengah mengikuti ajang Denpasar Tattoo Contest yang juga diselenggarakan oleh Ink Movement. Denpasar Tattoo Contest tidak hanya menjadi sebuah perlombaan semata namun menjadi sebuah gerakan kolektif untuk mengkampanyekan kesenian tato, peserta yang berpartisipasi pun tidak hanya seniman lokal Denpasar namun juga diisi oleh seniman dari seluruh penjuru Bali dan luar Bali.  

Proses pembuatan tato oleh salah satu peserta yang tengah mengikuti Denpasar Tattoo Contest

I Kadek Mahendra selaku peserta turut menyampaikan motivasinya selama mengikuti kegiatan Denpasar Tattoo Contest 2023 tersebut. Baginya kegiatan – kegiatan seperti ini sangat bermanfaat khususnya menambah teman, relasi serta menambah wawasan seputar tato, “Saya merasakan tiap tahunnya melalui kegiatan ini pastinya menambah teman, setiap orang yang ikut pasti beda – beda jadi disana kita bisa improvisasi diri dimana kekurangan kita membuat tato, motivasi saya tentu saja menambah teman dan melatih skill” ucap Mahendra yang akrab disapa Jhon pada wawancara Sabtu (14/10). Ia turut menyampaikan kesan dan harapannya selama mengikuti kegiatan selama dua hari tersebut,”Merasa bangga bisa mengikuti acara kaya gini dan harapannya ya semoga tato tidak dipandang kriminal oleh masyarakat apalagi zaman sudah maju, teknologi sudah canggih, tato itu bukan hal yang kriminal tetapi sebuah seni” ungkapnya. 

Acara yang berlangsung selama dua hari tersebut disambut antusias oleh masyarakat, hal tersebut dibuktikan dari padatnya pengunjung di venue indoor dan outdoor Gedung DNA. Denpasar Tattoo Contest turut dimeriahkan dengan talkshow yang menghadirkan seniman – seniman tato legendaris untuk berbagi pengalaman seputar tato, antara lain Dodepras dari Lumina Tattoo Studio, marmar dari Sangmong Tattoo Studio, serta Seniman tato yang telah melebarkan sayap dari tahun 70 – 90 an Pak De Wangaya. 

Seniman tato legendaris mulai dari Marmar dari Sangmong Tattoo Studio hingga Pak De Wangaya seniman tato tahun 70-an turut menyemarakkan sesi talkshow di Denpasar Tattoo Contest 2023

Pak De Wangaya turut menceritakan perkembangan tato pada era awal ia mengembangkan di Bali,  “Sejak pertama kali saya bikin tato tahun 75 masih pakai alat manual dengan gagang kayu, berlanjut sampai bisa merakit sendiri mesin hingga tahun 83 akhirnya menggunakan mesin dengan hasil yang lebih bagus hingga pada akhirnya berkembang, namun perkembangannya tidak pesat, pada saat itu banyak pantangan, pada tahun itu tato dianggap kriminal, pada tahun 1984, setiap hari ada berita di koran pasti ditemukan mayat bertato, sehingga menyebabkan sepinya kembali usaha tato. Tahun 90-an lancar kembali hampir bangkit kembali, ada kejadian lagi bom bali I yang menyebabkan tato kembali sepi”ungkapnya. 

Pak De Wangaya turut menyampaikan harapannya akan perkembangan tato kedepannya, “Saya berharap tato ini diakui sebagai seni bukan kriminal, dulu saya buat kontes tato dilarang pada tahun 90 namun sekarang sudah bebas” menutup wawancara pada Minggu (15/10). Baginya perkembangan tato saat ini cukup diterima sehingga masyarakat khususnya pelaku seni tato dapat mengadakan kegiatan yang mewadahi seniman – seniman lokal. 

Kegiatan Denpasar Tattoo Contest 2023 pada Hari Minggu tersebut ditutup dengan pemilhan 5 besar peserta terbaik dari kontes tato dari kategori black and grey dan black work ornament, antara lain  Ketut Sandi dari Angel Eyes Tattoo, Broangga Tattoo dari Gold Gold Tattoo Bali, Tattoist Deka dari MTS Ink, Arisaninktattoo dari San Ink Tattoo, serta Aguzbegow. 5 kontestan terbaik lainnya turut dipilih untuk kategori color neotrad newschool dan asian style antara lain, Ketut Sandi dari Angel Eyes Tattoo, Yunadi dari Chytattoo Studio, Pande Krisna dari Bali Paradise Tattoo, San Ink dari San Ink Tattoo, serta HRSK.Ink Tattoo. 

Seluruh peserta terbaik nantinya akan mengikuti babak final di puncak acara D’Youth Fest 3.0 pada tanggal 20 – 21 Oktober 2023 nanti. Seluruh rangkaian kegiatan yang diadakan selama dua hari oleh Ink Movement tersebut, ditutup dengan alunan musik dari Gold Voice serta dendangan musik dari Pemoeda Soeka Karaoke. Denpasar Tattoo Contest yang menjadi rangkaian awal D’Youth Fest 3.0 tersebut menjadi sebuah perayaan bagi seluruh seniman – seniman tato di Kota Denpasar untuk berani mendobrak stigma dan menyuarakan bahwa tato bukanlah sebuah bentuk kriminalitas melainkan sebuah seni tubuh yang abadi.

Media Release

Dyouthfest 3.0

DYOUTH FEST: Memperingati Sejarah Kreativitas Kota Denpasar!

Selamat datang di DYOUTH FEST, sebuah perayaan yang tak hanya merayakan kreativitas pemuda, tetapi juga menghormati sejarah kota Denpasar sebagai tempat kelahiran kreativitas yang telah membentuk ekosistem ekonomi kreatif yang berarti.

Kota Denpasar telah menjadi poros sejarah di mana semangat kreativitas pemuda selalu menyala. Sejak zaman dahulu, pemuda di sini telah menjadi pelopor perubahan, mendorong batas kreativitas, dan membangun komunitas-komunitas berbakat. Inilah tempat di mana gagasan-gagasan berani menjadi kenyataan, dan inovasi menjadi landasan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

DYOUTH FEST merayakan sejarah ini dengan semangat yang membara. Kami memberikan penghormatan kepada generasi-generasi pemuda yang telah membentuk landasan bagi ekosistem ekonomi kreatif yang berkembang pesat di Kota Denpasar. Kami mempersembahkan panggung megah untuk para seniman, kreator, dan pelaku industri kreatif untuk bersinar.

Inilah saatnya untuk merayakan warisan kreativitas dan semangat juang pemuda yang telah membentuk masa depan cerah. Bergabunglah dengan kami dalam DYOUTH FEST, di mana sejarah bertemu dengan masa depan, dan kreativitas adalah matahari yang terus bersinar di langit kota Denpasar.