Sebuah gelaran festival bernuansa anak muda terselenggara tepat di creative hub Kota Denpasar, Lapangan Lumintang turut menjadi saksi perayaan D’Youth Fest 3.0 yang telah mencapai puncak acara. Ragam kegiatan yang terbagi dengan baik kedalam 8 segmen pemanggungan turut dipadati ribuan pengunjung, stand UMKM mulai dari tenant hingga food truck nampak membuat antrian cukup panjang.. Pos penjualan tiket yang nampak tak sepi mulai dari pagi hingga malam, menyiratkan antusias masyarakat yang mencapai total pengunjung 14.236 selama dua hari penyelenggaraan. Seluruh masyarakat nampak antusias menapaki ragam mata acara yang disajikan pun juga ingin berkenalan dengan ragam hasil karya komunitas kreatif yang membangkitkan kreativitas dalam diri.
Mulai dari merasakan otentiknya seni cetak fotografi tertua di dunia, hingga membuka wawasan melalui pendekatan screening film, membuat mini vlog, hingga talkshow block chain. Pangging community area hingga Makin Dekat Film Festival, menjadi sebuah kesempatan bagi anak muda untuk menampilkan hasil karya melalui sebuah seni audiovisual dengan sajian yang menggugah edukasi, apresiasi, kompetisi, literasi melalui sebuah eksibisi film.
Anak Agung Gede Rai Putra Bawantara selaku inisiator Denpasar Documentary Film Festival (DDFF) yang mengisi ruang perfilman di festival ini turut memberikan tanggapannya akan ruang kreativitas yang disajikan oleh D’Youth Fest 3.0, “Pagelaran D’Youth Fest 3.0 harapannya akan membuka peluang bagi masyarakat yang ingin mengulik lebih dalam mengenai dunia perfilman khususnya di Pulau Bali” ungkap Bawantara.
Berlanjut ke panggung Festival Teater Remaja Masa Kini yang tak kalah padat dengan panggung lainnya, antusiasme remaja di Kota Denpasar yang tergabung ke dalam komunitas teater, mulai dari tingkat sekolah menengah hingga perguruan tinggi, turut bergabung dan berkolaborasi menciptakan panggung seni peran yang elok di Taman Kota, penonton pementasan mulai dari anak – anak hingga orang tua pun turut terhibur dan nampak satu persatu mengisi ruang lengang yang tersisa di lapangan untuk dapat menikmati sajian pementasan dari 8 komunitas teater yang tersebar di seluruh Kota Denpasar.
Benny Dipo selaku event director Festival Remaja Masa Kini menyampaikan bagaimana D’Youth Fest 3.0 menjadi kesempatan yang baik bagi komunitas – komunitas teater di Denpasar untuk mengepakkan sayap ke kancah yang lebih luas, “kami mengucapkan terima kasih kepada pemerintah karena telah mewadahi kreativitas anak muda terutama di bidang seni pertunjukan, saya berharap di tahun depan akan ada D’Youth Fest 4.0, D’Youth Fest 5.0, yang bisa mewadahi kembali, mungkin bisa lebih dari dua hari ya, mungkin bisa tiga atau bahkan satu pekan, atau bahkan sebulan” ungkap Benny yang juga bagian dari Komunitas Teater Kini Berseri yang turut tampil di panggung teater D’Youth Fest hari kedua.
Masih di tempat yang sama, panggung kreativitas E-Sport Indonesia (ESI) Denpasar, juga diisi oleh pengunjung yang memiliki minat dan bakat di bidang E-Sport, Andra salah satu peserta kompetisi E-Sport dari SMA Negeri 11 Denpasar merasa senang dengan adanya penyediaan ruang bagi anak muda terkhusus minat di bidang E-Sport, “Seru, bisa masuk semifinal disini, tentu aja kegiatan ini bermanfaat bagi kami karena dapet pengalaman baru, membangun chemistry dengan tim, dan dapet cuan buat bekel diri sendiri” antusias Andra menceritakan pengalamannya mengikuti ajang di D’Youth Fest 3.0 tahun ini.
Berpindah ke Lapangan Lumintang sebagai pusat utama panggung, komunitas kreatif dan berkumpulnya puluhan UMKM yang tersebar di Kota Denpasar menjadi saksi antusias masyarakat akan pagelaran seni kreatif karya anak muda. Sebanyak lebih dari 61 Komunitas tergabung ke dalam perayaan festival anak muda di Kota Denpasar kali ini. melalui panggung Youth Land, komunitas dan masyarakat turut bertemu untuk bertukar pendapat, berbagi ilmu melalui serangkaian talkshow hingga workshop.
Tak hanya dirasakan oleh pemilik komunitas, namun penyelenggaraan D’Youth Fest 3.0 juga memberikan dampak bagi mereka yang mengikuti kegiatan, contohnya Nisma, yang merupakan salah satu dari peserta workshop Makrame yang berawal dari penasaran, “Sangat menyenangkan dapat pengetahuan baru, tentu bisa bantu UMKM yang berjualan juga dengan belanja” ungkapnya.
Komunitas kreatif lainnya yang turut bergabung yaitu Komunitas Toekang Cukur Bali, yang mewadahi pemuda kreatif lokal Bali yang bergelut di dunia tukang cukur dengan menggelar Talkshow Barberbagi: Sharing Barber Community, bagi Yogeswara Chandra selaku wakil dari komunitas, turut menyampaikan panggung yang diberikan tidak memberikan manfaat kepada komunitas namun juga kepada peserta yang hadir yang ingin belajar.
Kreativitas lainnya turut diwadahi dalam pelaksanaan D’Youth Fest tahun ini melalui panggung bermusik, salah satunya Mini Stage. 15 musisi anyar tergabung selama dua hari untuk menyajikan karya terbaik mereka kepada pengunjung yang hadir. Panggung Mini Stage di hari kedua pun tak henti menampilkan komunitas kreatif mulai dari kompetisi panco oleh komunitas ISFP, penampilan cosplay melalui acara coswalk competition, hingga berdendang dengan musik dari band The Rog hingga Little Isekai.
Revival sebagai salah satu band yang baru terbentuk turut menyampaikan apresiasinya terhadap panggung D’Youth Fest 3.0 kali ini, “tentu saja kami sudah bagus sekali panggung kali ini, harapannya makin open jadi anak muda punya wadah untuk berekspresi, mungkin lebih ditambah waktu pelaksanaannya, atau penyelenggaraannya bisa tiap bulan” ungkap Revival.
Kesempatan tidak hanya kepada komunitas, tetapi juga UMKM yang tergabung di dalamnya. Lebih dari 40an UMKM turut merasakan dampak dari penyelenggaraan D’Youth Fest tahun ini, salah satunya disampaikan oleh Putu Wahyu Saputra selaku pemilik usaha Ayam Bakarku, “tahun ini dyouth fest keren banget, jadi banyak banget membantu UMKM khususnya ayam bakarku yang lagi mau berkembang melalui open space secara gratis, dan juga melalui kegiatan ini UMKM terbantu branding sehingga nantinya bisa bersaing dengan brand luar” ungkap Putu.
Pelaksanaan D’Youth Fest 3.0 yang harapannya dapat membawa perputaran ekonomi kreatif di Kota Denpasar turut dibuktikan melalui akumulasi data dampak ekonomi dalam 1 bulan penyelenggaraan mulai dari pre-event, main event, hingga post-event, yang mencapai 1,02 Miliar. Menjadi sebuah kesempatan bagi pengadaan D’Youth Fest tahun berikutnya untuk harapannya kembali hadir dengan konsep dan ragam mata acara yang lebih meriah, tentu dengan jangkauan kolaborasi yang leih luas lagi.
Suasana di penghujung acara D’Youth Fest 3.0 hari kedua, kian meriah dikala ribuan masyarakat nampak memadati panggung Main Stage, mulai dari Naviculla, Lolot, hingga Superman Is Dead (SID) iringan musik legendaris turut menarik pengunjung untuk berkumpul dan merayakan panggung terakhir D’Youth Fest tahun ini. vokalis Naviculla, Gede Robi turut menimpali bahwa sebagai kota kreatif, Denpasar beruntung memiliki perhelatan D’Youth Fest ini. “D’Youth merupakan wadah bagi para pelaku industri kreatif untuk mengembangkan potensi dan daya saing ekonomi sehingga dapat dikatakan pula bahwa D’Youth ini merupakan ruang ekspresi agar interaksi senantiasa terjalin terutama dalam ruang lingkup Kota Denpasar,” ucap Robi Navicula ketika ditemui di Back Stage.
Penyelenggaraan D’Youth Fest 3.0 menjadi sebuah perayaan dan bentuk apresiasi terhadap anak muda yang telah mendorong stimulus kreativitas melalui pembentukan komunitas – komunitas kreatif. Pelaksanaan selama dua hari harapannya akan terus ditingkatkan agar dapat mewadahi kreativitas tanpa batas yang diciptakan untuk anak muda penggagas perubahan, dan tentu saja keberhasilan D’Youth Fest menjadi sebuah awalan untuk konsisten berkolaborasi bersama komunitas, sehingga seterusnya dapat menghasilkan karya yang dapat dibagikan kepada khalayak luas.